Selasa, 02 September 2014

Belajar Tentang Kamu


Assalamu'alaikum,


Hari-hari terus bergulir, berjalan menurut titah TuhanNya.
dan dalam hari-hari itu pula secara bersamaan terus mempertanyakan kesetiaanku padamu,
pada keyakinan yang kupercayakan bahwa kaulah yang memang akan hadir membawa kisah kita menuju keridhoanNya.

Ini sedikit aneh, tak salah juga bila dikatakan sedikit gila. Aku mempercayakanmu untuk menjemputku dalam ikatan suci. Sementara, aku sendiri tak tahu banyak tentangmu. Bahkan tak tahu dimana keberadaanmu sekarang. Aku hanya mengenalmu lewat jejak-jejak tulisan yang kau torehkan. Aku membaca pribadimu dari apa yang kau tulis di dalam medsos pribadimu. Oh, tidak-tidak! ini bukan tentang kisah dunia maya. Aku mengetahui sosokmu dengan jelas. Ya, paling tidak kita pernah bertemu tiga kali meski tanpa ada sepatah kata dan sapa yang terlontar. Dan dalam waktu yang sedikit itu, aku belajar tentangmu.
Tentangmu yang aktif di beberapa organisasi islam bahkan pernah diamanahkan sebagai sosok nomor satu. Tentangmu yang ternyata juga suka menulis dan mengutip kepingan-kepingan hikmah dalam hidup.
Tentangmu yang tak mengumbar pesona, meski karena itu kau malah jadi mempesona.
Tentang kebiasaanmu duduk di majelis ilmu, tentang kesederhanaanmu, tentang cara pikirmu, tentang bagaimana kau memahami sesuatu, tentang kepedulian dan cintamu pada dien rahmatan lil 'alamin.
Sementara bagaimana aku dimatamu, aku sendiri tidak tahu. Atau bahkan, tak ada kata aku di memorimu?
Semua itu tidak menjadi masalah bagiku. Karena itu memang hal yang baik untuk kau jalani. Biar cinta itu murni, perawan, dan semata karenaNya.

Sepertinya aku terlihat terobsesi padamu. Tapi tidak demikian. Karena meskipun pengharapan itu ada bersamamu, namun ketetapanNya lebih harus dicintai.
Aku hanya terlanjur mengetahuimu. Terlanjur melihat kepadamu, karena bagaimanapun, tentu aku mengharapkan lelaki yang tak hanya sekedar baik, namun Lelaki yang mencintaiku karena tuhanNya. Lelaki yang mencintai Allah dan Rosulnya tidak hanya sekedar dengan kata, tapi juga melaksanakannya dengan cinta. Dan aku yakin, masih ada seseorang dengan cinta yang demikian. Seperti yang Allah firmankan, “Wanita baik-baik untuk laki-laki baik-baik.” Karena keyakinan akan firmanNya itu aku selalu berusaha menjadi wanita yang baik di hadapan Allah. Agar kelak, aku mempunyai keluarga yang penuh cinta terhadapNya.

Aku tidak tahu apakah cinta seperti ibunda Fatimah dan khalifah Ali yang kudambakan ini, Allah ridhoi juga menjadi kisahku. Jujur, lamaran-lamaran yang telah datang tak bisa kusambut dengan ahlan wa sahlan. Lamaran itu tertolak karena keyakinan cinta itu menuju padamu.

Saat kefuturan datang, saat keimanan yang tak statis itu berada di bawah, saat totalitas di jalan kebaikan itu memudar, keresahan itu pun datang. Aku resah bila tak pantas membersamaimu. Bersebab jodoh berbanding lurus kan? Karena keyakinanku meski tak terjangkau pandanganku, kau terus dijalan kebaikan. Seperti janjimu untuk tetap menggali ilmu dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi kebanyakan orang.

Belajar tentangmu, mengetahui tentangmu, seperti suatu kebaikan sendiri buatku. Karena itu adalah sebaik-baik perkara. Adalah suatu kebaikan bila cinta kita menggiatkan cinta kita pula padaNya. Bila esok saat waktu tak menjawab harap, aku hanya bisa mendo'akan kebaikan untukmu. Kebahagiaan dan kepantasaanmu mendapatkan yang terbaik dariNya. Namun bila Allah memiliki keridhoan akan kita, itu semua bukan karena aku, tapi karena kebersediaanmu menerimaku apa adanya. Kurayu Tuhan bukan semata karena cintaku padamu, namun karena keinginanku bertemu denganNya di jannah melaluimu.


Ada ia yang meskipun kini bayangnya menghilang, namun kuyakin Allah akan menuntunmu untuk pulang ke rumah yang telah kusucikan..

                                                                                                              *Sepertiga malam yang merindu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar