Senin, 19 November 2012

Berhentilah Mengemis Pada PBB, Karena Palestina Hanya Bebas dengan Perlawanan!


PERANGILAH mereka (orang-orang kafir), niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan) tangan-tangan kalian, Allah akan menghinakan mereka dan menolong kalian terhadap mereka serta melegakan hati orang-orang Mukmin (QS at-Taubah: 14).
Mari kita semua bertanya kepada diri kita sendiri; siapakah yang mengambil alih tanah Palestina dan kemudian membaginya menjadi dua bagian dan ikut melegitimasi kedatangan Israel ke bumi Palestina? Siapakah yang diam ketika Amerika mendukung Ben Gurion untuk menjadikan Jerusalem sebagai ibukota Palestina pada pidatonya tanggal 5 Desember 1949? Lalu sekarang kita ramai-ramai meminta “patung mati” itu untuk menghentikan agresi Israel ke Palestina? Dan menyudahi kezhaliman mereka selama satu pekan ini yang telah menewaskan Syekh Ahmed Al-Jaabari dan para syuhada lainnya? Berhentilah mengemis kepada PBB! Karena hanya ada satu kata untuk membebaskan tanah Palestina: Lawan!
Apa yang Bisa Diharapkan dari PBB?
Tentu bangsa Palestina tidak akan pernah lupa, bahwa pada 29 September 1947, PBB mengeluarkan resolusi nomor 181 yang kemudian menjadi titik awal legitimasi bersih Israel atas hak tanah Palestina. PBB membagi Palestina menjadi dua wilayah; antara Yahudi dan Arab. Resolusi yang sangat tidak adil karena mempersilahkan maling mencaplok kue pemiliknya dengan membagi dataran suci itu antara 43% bagi muslim Palestina dan 53% untuk bangsa bengis Yahudi.
Dan dari Resolusi PBB No. 181 itulah mereka mengantarkan David Ben Gurion untuk memproklamirkan negara Yahudi dengan Ideologi zionisme sebagai asasnya pada 14 Mei tahun 1948. Ideologi yang dapat didefinisikan sebagai kepercayaan tentang kembalinya orang-orang dan bangsa Yahudi selama berabad-abad, sehingga dapat menyelamatkan mereka dari kekuasaan orang-orang non-Yahudi. Ideologi yang kelak menjadi cikal bakal akan sebuah fakta bahwa gadis-gadis kecil Palestina sudah menjadi yatim-piatu di umur lima tahun, yang menjadi fakta syahidnya Syekh Ahmad Yassin dan Abdul Aziz Rantisi, yang menjadi fakta menghitamnya bangkai tubuh saudara-saudara kita akibat bom rezim Yahudi dengan white phosphorus-nya. Padahal semua orang tahu bom keji itu dilarang untuk diledakkan dalam sebuah perang oleh PBB. Lalu apakah lembaga tinggi dunia itu bertindak? Tidak sama sekali.
Masih ingat dalam benak kita pada Sidang Khusus Darurat Majelis Umum PBB untuk menindaklanjuti Gaza Berdarah pada peralihan tahun 2008-2009. PBB hanya mengeluarkan resolusi yang dinilai terlalu lunak dan gagal mengidentifikasi Israel sebagai keladi bagi krisis Gaza. Meski sebelumnya ada dua resolusi yang ditawarkan PBB.
Pertama, rancangan resolusi yang menginginkan pasukan Israel ditarik tanpa syarat dari Jalur Gaza. Sebuah resolusi yang disponsori beberapa Negara seperti Venezuela, Malaysia, Suriah, Nikaragua dan Senegal, plus Presiden Majelis Umum (MU) sendiri.
Kedua adalah rancangan yang lebih lunak dan kompromis terhadap gencatan senjata di Jalur Gaza. Rancangan ini disponsori Mesir, atas persetujuan Uni Eropa dan Palestina. Dan sapa nyana, kebrutalan Israel yang membunuh 1300 muslim Palestina tidak berdosa itu, hanya diganjar resolusi rancangan Mesir yang akhirnya didukung 112 negara dan ditentang 10 negara, dan 20 negara sisanya memilih abstain.
Ingatlah, zionisme tidak akan pernah mengenal bahasa “keanggotaan”, apalagi keanggotaan PBB. Rapat Dewan Umum PBB sendiri yang pernah mengeluarkan Resolusi 3379 tanggal 10 Desember 1975 dengan menyamakan Zionisme dengan diskriminasi rasial. Akan tetapi, pada 16 Desember 1991, apa daya atas tekanan Israel dan sekutunya AS pasca mengalahkan Irak, resolusi tersebut dicabut kembali. Lalu pernahkah PBB mencabut resolusi 181 yang menekan Palestina dan mentitahkan agar Israel angkat kaki dari Al Quds? Tidak pernah. Dan sekarang kita semua berharap PBB menjadi “pengadil” yang sungguh adil atas nasib bangsa Palestina? Lupakanlah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (QS An Nisaa’:144)
Yang terjadi PBB adalah satu-satunya lembaga yang gemar mengoleksi resolusi. Ya sekali lagi, resolusi! Resolusi yang hanya bisa mengecam, mengkritik, mengutimatum Zionis Laknatullah tanpa ada realisasi berarti. Seperti Resolusi 106: The Palestine Question (29 Maret 1955) yang ‘mengutuk’ serangan israel untuk Gaza. Resolusi 111 yang ‘mengutuk’ Israel karena serangan di Suriah yang menewaskan lima puluh enam orang”. Resolusi 162yang ‘mendesak’ Israel untuk mematuhi keputusan PBB”. Atau Resolusi 237yang lagi-lagi hanya meminta Israel untuk mengizinkan kembalinya pengungsi Palestina tahun 1967 dan masih banyak lagi. Maka melihat resolusi-resolusi itu Israel tetap bergeming.
Karena bayangkan, hukum Allah saja yang jelas-jelas hukum tertinggi di muka bumi mereka langgar, apalagi hukum buatan manusia. Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar, dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka dengan siksa yang pedih”. (QS. Ali Imran: 21)

Hanya Satu Kata: Lawan!
Maka itu solusi untuk membebaskan Palestina tidak akan bisa ditembus melalui jalur dialog. PBB pun tidak akan pernah bisa berbuat banyak sekalipun Palestina sudah diakuinya. Lihat saja Irak dan Afghanistan. Sekalipun kedua Negara adalah negara merdeka, tetap menjadi basis kekuatan Amerika yang juga dibiarkan PBB.
Umat muslim Irak hidup dalam nestapa. Hak hidup nyaman mereka direnggut oleh Amerika dan Israel. Dimana AS dan Israel melakukan pembagian wilayah: daerah kaya minyak menjadi basis teritori Amerika, sedangkan situs Nebukadnezar menjadi milik Yahudi. Disanalah mereka melakukan nostalgia atas kejayaan Mesopotamia (baca: Kabbalah) yang pernah mereka toreh sekaligus menancapkan batu untuk mendirikan Negara Israel Raya.
“Tanah yang Dijanjikan memanjang dari Sungai Nil ke Eufrat. Itu termasuk bagian Suriah dan Lebanon”(Testimoni Rabi Fischmann, anggota Jewish Agency for Palestine, di depan UN Special Committee of Enquirypada 9 Juli 1947).
Maka itu, sekali lagi, jalan yang bisa ditempuh hanyalah jalan jihad. Terlebih Israel sedang memasuki masa krisis menyusul aksi terbesar dalam sejarah negaranya dimana mereka didemo warganya sendiri. Inilah yang harus menjadi momentum bagi umat muslim berintropeksi bahwa jalan ‘lisan’, tidak akan pernah menggetarkan Israel untuk menghancurkan Palestina. Dan Allah sudah memberi tahu kita bagaimana cara melumpuhkan mereka,
“Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan Israel) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang Islam di bawah pimpinan Imam Mahdi) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam Masjid (Al-Aqsha), sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama, dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa yang mereka kuasai”. (QS. Al-Isra’: 7)
”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al-Maidah ayat 82)
Bayangkan betapa takutnya Israel jika satu saja muslim di dunia mengobarkan jihad dan itu serempak dilakukan di seluruh dunia, mulai dari Sudan, Mesir, Somalia, Afghanistan, Irak, Bosnia, Albania, Indonesia, Pakistan, Malaysia, Kuwait, Jordania. Dan faksi jihad Islami di Palestina sudah mengobarkannya. Apakah kita akan menyambutnya? Inilah yang pernah dikatakan Asy Syahid Abdul Aziz Rantisi pasca gugurnya Syekh Ahmad Yasin, “Kami tak takut mati, namun yang takut akan kematian adalah mereka kaum Zionis Yahudi. Kami tentu saja akan membalas kepada Sharon dengan bahasa yang dia pahami, yaitu bahasa darah”.
Syekh Usamah Bin Laden sebelum wafat juga sudah mewanti-wanti perkara ini.“Di antara kekurangan kita di zaman sekarang, kita dihadapkan kepada banyak jalan yang mengusung slogan-slogan pembebasan Palestina, padahal sebagian besar jalan ini justeru menelantarkannya. Jalan yang paling besar adalah tindakan penguasa-penguasa hari ini yang mengadakan pertemuan-pertemuan para menteri dan melimpahkan masalah kepada Dewan Keamanan PBB. Ini adalah sebuah cara untuk lari dari tanggung jawab dan mentelantarkan masalah Palestina.”
Maka itu bola ada di tangan umat muslim, bukan PBB. Di tangan para generasi muslim yang akan turun bahu membahu membebaskan Palestina dengan “bahasa darah” bukan linguistik diplomasi. Inilah sebuah perkara yang pernah dilontarkan Abdul Aziz Rantisi, “Kami siap melakukan perang terbuka dengan Israel.
Oleh karena itu, di penghujung zaman seperti ini, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah mempersiapkan umat Islam untuk bersiap-siaga memerangi bangsa Yahudi. Dengan tanpa keraguan sedikitpun, Rasulullah SAW telah memprediksi bahwa umat Islam dan orang-orang beriman semuanya bakal terlibat dalam perang semesta menghadapi kaum Yahudi di akhir zaman.
Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya: Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Kamu semua akan membunuh orang-orang Yahudi. Maka kamu semua akan membunuh mereka sehingga batu akan berkata: Wahai para muslimin! Di sini ada orang Yahudi, datanglah kemari dan bunuhlah dia.” (HR Muslim)
Dan apakah kita ingin menundanya? “Salah satu alasan mengapa musuh-musuh Allah sukses mengalahkan umat Islam dan mengambil alih tanah mereka, karena umat Islam kehilangan cintanya untuk menjadi seorang syuhada,” tandas Anwar Al Awlaki. Allahua’lam..
#
(Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi/Islampos)

Minggu, 18 November 2012

Surat dari Abdullah Al Ghaza (Pejuang HAMAS) kepada Indonesia


“Untuk saudaraku di Indonesia, mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?

Di saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.

Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang memnunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.

Wahai saudaraku di Indonesia,
Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negri kalian.

Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapoatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.

Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku!

Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.
Namun, mengapa di negri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dari informasi di televisi. Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negri kalian adalah negri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.

Memang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel! Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negri ini.

Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!

Wahai saudaraku di Indonesia,
Negri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negri kalian diblokade juga?

Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.

Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku. Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai saudaraku di Indonesia,
Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya waktu. Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami. Kami disini sangan menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.
Halafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?

Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acar wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan salah satu diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kimi disini. Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.

Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur. Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini. Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan, saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.

Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.