Selasa, 10 Desember 2013

CERPEN KETIGA DI DAKWATUNA "AKU & SI MBAH

Aku dan Si Mbah
Entahlah! Rasanya tidak masuk akal bagiku ketika kudengar cerita Uwakku tentang Mbah Saif. Sosok yang belakangan ini kerap kudengar namanya dari mulut-mulut keluargaku, ah tidak! Sudah merembet pula rupanya pada tetangga kiri kanan rumahku. Pasalnya, cerita ini dimulai ketika seminggu yang lalu Uwak Tiur diminta untuk menemani salah seorang temannya di pabrik, pergi berobat.
Sudah sebulan belakangan ini, temannya itu merasakan sakit di kepala. Bermacam-macam obat sakit kepala yang dibelinya di kedai dekat rumah maupun pabrik, tak ada yang berhasil menyembuhkannya. Ke dokter, ia tak mau. Biaya mahal, diagnosa penyakit pun tak jelas menurutnya. Jadilah mereka pergi ke rumah Mbah Saif atas saran dari penjual obat dekat pabrik. Berdua dengan kereta, mereka melewati jalanan yang penuh dengan pohon-pohon tua. Hingga di ujung belokan jalan, tampak rumah panggung sesuai alamat yang diberikan penjual obat siang tadi.
“Ada paku-paku yang keluar dari kepala temenku itu. Berkarat, namun ada juga yang masih baru. Banyak! Ada 12 paku.”
“Seharusnya Wak ambil. Lumayan buat persediaan paku di rumah.”
“Asal kau tau, pakunya harus dibuang ke sungai atau ditanam. Bukan buat dipakai lagi. Nanti bisa kau pula yang kena santet!” Repet Wak Tiur padaku.
Uwak Tiur mempercayai kehebatan Mbah Saif, sebab mujurnya, esok tak ada lagi keluhan sakit di kepala yang keluar dari mulut temannya itu.
Cerita yang hebat itu mempengaruhi Bu Rustam. Mertuanya yang lumpuh, hendak ia bawa ke Mbah Saif agar sembuh dan bisa berjalan kembali. Hanya saja proses itu belum sempat ia lakukan, mengingat harus keluar kota selama tiga hari dalam tugas dinas. Tapi tak sama dengan Mpok Niluh. Ia begitu semangat membawa anak gadisnya bertemu Mbah Saif agar segera mendapat jodoh. Usia anak perawannya yang hampir kepala tiga itu ternyata membuat Mpok Niluh kalut tak dapat mantu.
Dari Mbah Saif mereka mendapat “oleh-oleh” bunga-bunga cantik untuk dimandikan, jamu untuk diminum, dan dibukakan aura. Aura apa coba? Bentuknya pun tak jelas! Aura yang kutahu, ya Aura Kasih penyanyi di TV. Namun lagi-lagi komentarku di pandang sinis.
“Bau kencur mana ngerti!”
Hebatnya lagi, penjual kedai nasi di depan kompleks rumahku jadi laris manis setelah mengunjungi Mbah Saif. Padahal dulunya sepi. Aku jadi penasaran bagaimana ia melakukan semua ini?
“Jadi bertambah rezekinya Uni,”
“Iya Alhamdulillah, Mbah Saif rancak!”
“Hm, ramai karena oleh-oleh Mbah Saif, atau karena harga yang diturunkan ya?” komentarku yang spontan itu mendapat cubitan dari Mama dan tatapan polos dari Uni.
***
Pagi-pagi perutku rasanya sakit sekali. Bajuku basah karena keringat dingin menahan sakit. Aku berteriak-teriak memanggil Mama, namun sampai suaraku tertahan di kerongkongan tak dapat di keluarkan, Mama tetap tak jua datang menghampiri. Kupecahkan saja gelas yang ada di meja untuk menarik perhatian. Dan berhasil! Mama datang.
“Ya Allah, kamu kenapa, Nak?”
“Sakit perut, Ma.”
“Sampai keringat dingin, Mama carikan obat dulu ya.”
Sepuluh menit berikutnya Mama kembali dengan obat sakit perut. Kuminum, lalu istirahat sejenak. Dua jam berikutnya aku berulah lagi. Perutku kembali sakit. Mama mencoba mengolesiku dengan minyak yang dicampur bawang merah, lalu aku disuruh tidur. Namun ulahku belum selesai sampai di situ, karena esok paginya aku merengek sakit perut lagi.
“Kita bawa ke tempat Mbah Saif aja, Yan,”
“Ke dokter saja lah kak Tiur.”
“Kau ini, dokter sekarang tak bisa dipercaya. Sudah, kutemani kau ke sana.”
Sepanjang jalan ke tempat Mbah Saif, Uwak Tiur mengomentari sikapku yang selama ini sering menjelek-jelekkan Mbah Saif. Uwakku yang tambun itu mengatakan, aku harus menyesali semua komentarku yang lalu, kalau nanti Mbah Saif berhasil menyembuhkanku.
Parahnya lagi, ia menduga sakit perut yang kualami karena kualat sering mengatai Mbah Saif. Ah, Uwakku itu, ternyata sudah banyak meninggalkan….
***
Kedatangan kami disambut seorang lelaki sepuh. Penampilan yang tercermin dari orang yang dibanggakan uwakku ini terlihat seperti layaknya seorang Kiai besar. Ia mempersilahkan kami masuk dan tak banyak basa-basi, langsung menanyakan sakitku.
“Sakit apa?”
“Perutnya Mbah, dari kemarin katanya sakit. Udah dikasih obat dan disapukan minyak bawang, tapi belum sembuh juga.”
“Golekkan dia di sini.”
Aku disuruh berbaring di hadapan lelaki sepuh ini. Ia memeriksa perutku yang di atasnya telah ia taruhkan kain sarung, lalu perlahan ia menarik sesuatu dari perutku.
“Bungkusan hitam?” Pekik Mama dengan penuh keheranan.
“Setelah ini langsung dibuang saja ke sungai. Besok kembali lagi.” Komentarnya singkat dan dingin.
Besoknya bukan bungkusan hitam tak jelas entah apa isinya lagi yang keluar dari perutku, tapi beberapa jarum patah yang semuanya berkarat. Mama bolak-balik istighfar melihatnya. Dihari ketiga kedatanganku, banyak tamu yang berkunjung mengharap kesembuhan dari Mbah Saif. Ada lima belas orang, tak terhitung dengan keluarga yang ikut mengantar. Ini waktu yang tepat bagiku untuk bertanya.
“Mbah, apa tanggapan mbah dengan riwayat hadis Imam Muslim yang isinya, Nabi Muhammad melarang mendatangi para kaahin?” Ia tak menjawab. Hanya memandangku semenit, lalu fokus dengan pasiennya.
“Lalu ada lagi riwayat Bukhari-Muslim, yang isinya nabi mengatakan bahwa kaahin itu bukan apa-apa’.”
“Tapi yang kukatakan benar dan sembuh.”
“Kalaupun apa yang dikatakana kaahin itu benar, itu adalah suatu kebenaran yang disambar oleh seorang jin lalu jin itu menjelaskannya kepada telinga walinya, lalu mereka mencampurnya dengan seratus kebohongan.” Kukatakan komentar itu sambil membaca buku catatan kecilku yang telah kutulis beberapa hari yang lalu dari sebuah sumber di internet.
Semua orang memandangiku. Tak terkecuali Mama dan Uwak Tiur. Aku masih tetap menampilkan wajah naifku sambil menatap Mbah Saif, menanti jawaban. Orang yang ditunggu jawabannya malah menatapku balik tak karuan.
“Kalau kau anggap aku salah, lalu kenapa kau datang padaku? Bukankan sholatmu tak akan diterima selama empat puluh hari?”
“Cerdas!” Aku tertawa sambil mendengar pertanyaan si Mbah.
“Sakit perut itu hanya modus saya agar bisa ketemu si Mbah. Jadi saya ikuti saja permainan Mbah yang malah mengeluarkan bungkusan hitam tak jelas, begitupun dengan paku-paku dari perut saya. Wong perut saya aman sentosa kok!”
“Lagi pula kalau saya tidak datang, maka uwak saya ini akan terus membanggakan Mbah di depan orang-orang. Itu artinya, akan semakin banyak orang yang salah jalur dan semakin banyak pula dosa yang berserakan. Saya mahasiswa ingusan berhak menegur dengan ilmu yang telah didapatkan.”
“Jadi bapak ibu, menutup rapat jalan yang menuju kerusakan itu lebih didahulukan daripada mengambil suatu manfaat. Kalau sakit, lebih halal datang ke dokter. Lebih baik kehilangan banyak uang daripada kehilangan surga.” Ceramahku mirip ustadzah. Semuanya diam. Sama halnya dengan Mbah Saif. Namun matanya lebih menyala ke arahku.
“Oya Mbah, jangan mempermalukan kita dengan memanfaatkan pakaina suci itu. Ayo Ma, Wak, kita pulang.” Ajakku tanpa mau berpanjang lebar urusan lagi.
“Tunggu, Nak! Kaahin itu apa ya?” Tanya salah seorang ibu pengunjung.
“Alamak, sudah dijelaskan panjang lebar, tak paham juga kah? Gawat ibu-ibu ini.” Batinku (*)
                                               
Medan, 2013


Senin, 17 Juni 2013

Puisi Pilar Aisyah di Dakwatuna "Kesatria 2020"


Kesatria 2020
Apa makna dari zaman milenia?
Jika yang kau dapat hanya kehedonisan semata.
Dimana ia prajurit Khandaq?
yang siap menahan lilitan lapar demi terbit sang fajar.
Di negeriku, pemuda-pemudi diarak.
Disuguhi teori-teori purbakala penipu dunia.
Mengagungkan logika di atas ketauhidannya.
Menampar empati dan simpati untuk eksistensi diri tak berarti.
Tidakkah kau cemburu pada serdadu badar?
Tidak mampukah kau petik arti perang uhud?
Tidakkah kau malu pada pemuda sejati bernama Muhammad?
Yang masih menyebutmu meski ruh telah sampai di kerongkongan.
Nun, jikalah cermin masih kau punya,
Tentu retak diri yang kau dapat.
Negeri tentu rindu sosok Al-Fatih.
Tak pelak, bersabarlah negeriku,
Aku yakin masih ada jiwa yang tak membatu.
Aku masih mendengar nurani berseru!
Meski parau terindikasi di telingaku,
Pemuda kesatria menakbirkan Indonesia emas 2020…
Riska H Akmal

Cerpen ke-2 Pilar Aisyah di Dakwatuna "Surat Cinta Dari Tuhan Yang Kau Ikatkan"


Surat Cinta Dari Tuhan Yang Kau Ikatkan
Aku duduk di sofa ruang tamu rumahku. Sedikit-sedikit aku mencoba membenarkan letak jilbabku, merapikan gamis yang kukenakan dan beberapa menit berikutnya pergi ke arah dapur untuk menemui Bunda yang tengah mempersiapkan jamuan makan malam bersama adik dan kakak iparku.
“Tenanglah, apa yang Ananda risaukan, Nak?” Aku tak bisa menjawab pertanyaan Bunda, karena aku sendiri sebenarnya tak tahu apa yang aku cemaskan. “Kembalilah ke ruang tengah. Temani Ayah dan Mas mu. Sebentar lagi, mungkin mereka akan datang.” Aku menuruti perkataan Bunda. Ayah tampak tenang dengan buku bacaannya, dan Mas Adit menyibukkan diri di depan laptop, untuk menyelesaikan pekerjaan kantornya. Aku duduk di samping Ayah. Bersandar di bahunya.
“Tak ada sesuatu yang perlu dicemaskan.” Ayah mengalihkan perhatiannya padaku. Ia mengelus-elus kepalaku dengan lembut.
“Ayah, apakah Ananda sudah pantas menjalani ini semua? Jujur, Ananda sedikit merasa tak pantas.”
“Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi pada diri kita setiap harinya. Semenit ke depan, kita pun tak kan mampu menebak apa yang akan terjadi. Kita hanya mencoba untuk berbuat sebaik mungkin setiap harinya dalam hidup, dan atas kebaikan-kebaikan itu, kita harus percaya bahwa Allah akan menyelipkan kejutan-kejutan kebahagiaan untuk kita, bahkan untuk hal yang kita anggap mustahil sekalipun, Nak.” Kini Ayah menutup bukunya, ia memandang wajahku dengan lekat, membetulkan sedikit letak kacamatanya, dan kembali melanjutkan kata-katanya.
“Jadi, tak ada yang tak pantas jika Allah telah menghendakinya Anakku. Jika keraguan masih menyelimutimu, tanyakanlah padanya. Bukankah ia yang mengajukan diri?” Ayah benar. Aku masih bisa menanyakan banyak hal sebelum membuat suatu keputusan besar dalam hidupku.
***
Pukul 20.05 WIB, deru suara mobil terdengar memasuki pekarangan rumah. Ayah, Bunda, dan Masku berjalan keluar untuk menyambut tamu yang datang. Aku masuk ke kamar ditemani adik dan kakak iparku. Beberapa menit berselang, samar-samar kudengar percakapan mereka yang kini telah berkumpul di ruang tamu.
“Kedatangan kami ke sini, tentu sudah Anda ketahui maksud dan tujuannya. Saya mewakili anak saya, ingin menyampaikan maksud hatinya yang ingin menyempurnakan separuh agama dengan mempersunting anak Anda.”
“Ini semua memang berkah untuk keluarga kami, keluarga biasa yang mungkin sebelumnya tak pernah membayangkan akan menjamu tamu dari keraton. Namun apa pun itu namanya, saya tetap yakin hanya taqwa yang menjadi pembeda kita di hadapan Tuhan. Untuk urusan hati ini pun, saya tak ingin mengambil keputusan secara sepihak. Saya bebaskan putriku untuk menentukan apa yang terbaik bagi hidupnya.”
“Tentu saja. Saya sangat setuju dengan pemikiran Anda. Langsung saja kita pertemukan keduanya, dan memutuskan yang terbaik diantara keduanya.”
Bunda masuk ke kamarku. Menuntunku keluar menuju ruang tamu yang telah berubah menjadi ruang musyawarah. Adik dan kakak iparku tetap mengiringiku.
“Nah, kini orang yang ingin mempersuntingmu dan keluarganya telah hadir di rumah kita, Nak. Sampaikanlah apa yang ingin Ananda sampaikan. Kami tak akan memperdebatkan.”
“Saya hanyalah orang yang biasa, saya mengenalmu sebagai orang yang dihormati dikalangan masyarakat. Saya mungkin tahu tentangmu, namun apakah kamu benar-benar telah mengenal baik saya?” Aku mulai bertanya. Wajahku tertunduk tak mampu mengangkatnya untuk melihat orang-orang di sekelilingku.
“Saya memang tak mengenalmu dengan waktu yang lama. Bahkan, saya bisa menyatakan bahwa saya tak lebih dari lima kali bertemu denganmu. Namun, pada setiap kesempatan di mana saya bertemu denganmu, saya mencoba mengenalmu dengan baik. Dalam waktu yang singakat itu pula, saya kenali dirimu sebagai seorang perempuan yang sederhana, penyuka kegiatan sosial, periang, kecerdasanmu mampu membawamu meraih beasiswa keluar negeri, namun yang terpenting dari semua itu, saya menilai dirimu sebagai seseorang yang menjalankan agamamu dengan baik,”
“Dan apa yang tak terlihat langsung oleh saya tentangmu, sudah saya ketahui dari orang-orang terdekatmu. Termasuk sifat manjamu terhadap Ayah Bundamu.”
“Lalu apa yang kamu harapkan dengan menikahi saya? Apa yang membuatmu mengajukan diri untuk menjadi imam di kehidupan saya? Dan saya ingin memberitahukan bahwa didiri saya, terbesit rasa ketidakpantasan untuk mendampingimu.” Tanyaku lagi dalam keadaan wajah yang masih tertunduk.
“Saya tak memandangmu sebagai orang yang tak sebanding dengan saya. Apa yang tak pantas di pandangan manusia, belum tentu tak pantas di hadapan Illahi. Apa yang saya nilai darimu adalah sesuatu yang saya lihat dengan hati, bukan dari apa yang ada di luarnya. Yang saya harapkan dengan menikahimu adalah meraih ridhonya Allah,”
“Saya memilihmu atas agamamu. Atas kecintaanmu pada Rabbmu dan kekasihNya, dan saya ingin mendapat perhiasan dunia akhirat dengan menikahi wanita solihah. Lalu di mana letak ketidakpantasanmu jika yang saya lihat adalah seorang wanita dari segi agamanya?” Aku tak tahu bagaimana mimik wajahmu ketika menguraikan semua kata-kata itu. Namun yang harus kuakui, ada getaran kecil yang terjadi di sukmaku.
“Sekiranya saya menerima lamaranmu, apa yang dapat kamu berikan kepada saya sebagai mahar dipernikahan nanti?”
“Sebenarnya, saya adalah orang yang tak punya apa-apa. Kebanyakan apa yang saya miliki adalah warisan turun temurun dari keluarga keraton. Saya tidak ingin memberikanmu mahar dari sesuatu yang tidak saya perjuangkan untuk mendapatkannya. Maka jika kamu ikhlas, saya hanya mampu memberimu surat cinta dari Tuhan. Saya ingin mengikatmu dengan surah Ar-Rahman dan Al-Kahf yang saya cintai.”
Tanpa kupinta, ia melantunkannya untukku. Ada sesuatu yang kurasakan mengalir dingin di pipi. Cairan cinta atas rasa haru yang kudapatkan melalui perkataan seorang laki-laki. Satu-satu kini cairan cinta itu jatuh membasahi telapak tanganku yang kuletakkan di atas pangkuanku. Aku mulai sedikit memberanikan diri mengangkat wajahku, untuk melihat calon suamiku. Melalui setiap kata yang ia ucapkan, aku mulai memahami perangai dari calon suamiku ini.
Subhanallah, aku pun melihatnya tertunduk dengan parit di pipi yang membekas dari tangisnya. Perlahan, kulihat ia mulai mengangkat wajahnya juga, memandang ke arahku dengan sekali pandang. Namun sepersekian detik, mata kami bertemu. Deg! Hatiku kurasakan bergetar. Ada hawa sejuk yang masuk melalui celah-celah dinding hatiku, begitu lembut dan menenangkan. Aku menundukkan kembali pandanganku.
“Apa yang bisa saya sanggah lagi, ketika seorang lelaki yang solih mendatangi saya untuk menunaikan sunah Nabi? Apa yang saya pandang kini, tak lagi melihat statusmu, tapi apa yang saya lihat dari agamamu. Dengan mengucap basmalah, bismillah hirrahman nirrahim, saya bersedia menyempurnakan separuh dien bersamamu.” Kataku dengan mantap!
Bunda menciumiku, begitu pula kulihat yang Ibumu lakukan terhadapmu. Ayah kita saling berpelukan, senyum bahagia menghiasi wajah keduanya. Beberapa kerabatmu dan saudaraku turut mengembangkan senyum bahagia pula. Kamu tersenyum padaku, seraya mengucapkan rasa terimakasihmu padaku. Pernikahan kita pun ditetapkan seminggu setelah hari ini. Pada setiap kehidupan hambanya yang beriman, selalu ada campur tangan Tuhan yang menjadikan skenarionya lebih indah.
Sayup Rindu, 2013

Cerpen Media Pilar Aisyah di Dakwatuna "Sejak Kuyakini Ketaqwaanmu"


Sejak Kuyakini Ketakwaanmu

“Assalamu’alaikum,?”
“Wa’alaikumsalam warohmatullah…”
“Kenapa kelihatan tak bersemangat, Kan? Sedang ada masalah ya?”
Pemuda itu terdiam. Ia menundukkan pandangannya. “Aku ingin menikah.” Ucapnya.
“Alhamdulillah… memang sudah saatnya kamu menikah. Sudah punya calonnya?” Tanya sahabatnya itu dengan penuh kebahagiaan.
Mendengar pertanyaan sahabatnya, pemuda itu terdiam. Wajahnya yang tadi tertunduk, kini semakin dalam tertunduk. Lebih dari itu, tubuhnya berguncang. Senarai isak tangis mulai terdengar, disambut derai air mata yang tercurah.
“Mengapa antum menangis?” Tanya sahabatnya yang terlihat bingung. Pemuda itu tak menjawab.
“Jika pertanyaan ku membuatmu sedih, maafkanlah,”
“Bukan pertanyaan antum yang membuat kumenangis, tapi aku sendiri yang membuat keadaan ku seperti ini. Aku telah menghadirkan dua orang muslimah dalam hati ini. Tak ada maksud untuk membuat hati ini hitam. Hanya apa yang kurasakan ini, terjadi tanpa kupinta. Kesalahannya, mungkin karena aku telah membuka celah dimana terjadi interaksi yang membuatku menjadi terperdaya pada pesona keduanya.”
“Kalau begitu, kamu ambillah keduanya untuk menjadi istri…”
“Aku tak sanggup jika harus mempoligami bidadariku. Sekalipun aku tahu kebolehan berpoligami.”
“Jika tak sanggup, pilihlah yang terbaik dari keduanya.”
“Aku tak mampu memilih satu dari keduanya, Fiz.”
“Kalau begitu, aku pun berlepas dari kataku. Tunggulah takdir Allah untukmu. Semoga yang terbaik dari yang terbaik menjadi bidadarimu.”
***
Assalamu’alaikum, Akh… saya ingin menyampaikan bahwa teman-teman merasa senang dengan ceramah yang akhi sampaikan mengenai pernikahan. Alhamdulillah, banyak dari mereka yang kini sedang berproses untuk menyegerakannya. Bahkan saya sudah mendapat dua undangan. Semoga akhi juga segera mendapat yang terbaik…
-Nayla-
***
“Abang, tidak datang seminar di Aula kampus? Yang Ilham dengar, salah satu pembicaranya adalah Aulia.”
“Haruskah abang datang?”
“Ya tak adalah hak Ilham untuk mengharuskan. Ilham hanya membaca hati yang terlihat, Bang.”
“Membaca atau menerka?”
“Mana abang suka lah!” Ucap adiknya agak kesal seraya berlalu.
Hari ini, ia sebenarnya mendapat undangan khusus untuk datang ke acara seminar itu dari panitia penyelenggara. Hanya saja, ia ingin mencoba menenangkan hatinya dengan menjauhi kesempatan yang mungkin akan membuat hatinya semakin berat untuk mampu memilih.
***
“Arkan, aku datang kepadamu pagi ini dalam urusan yang mulia.”
“Apa gerangan urusan itu, Fiz?”
“Mungkin, ini jawaban dari takdirmu yang beberapa minggu lalu kita perbincangkan. Aku datang mewakili orang tua dari seorang wanita yang soliha untuk memintamu berta’aruf. Bacalah proposalnya. Lalu berilah keputusanmu besok.”
Sepulang dari kedatangan sahabatnya itu, ia hanya mampu meletakkan proposal itu di meja kamarnya. Pagi ini, ia ingin menjalankan aktivitas tanpa memikirkan urusan yang belakangan ini mengusiknya.
Sesampainya di masjid kampus, ia tak sengaja bertemu dengan Aulia kala menunaikan shalat Dhuha. Ia melihat Aulia tersenyum ke arahnya. Lalu berlalu bersama teman-temannya.
“Mungkinkah ia? Astaghfirullah…”
***
Selepas tahajud, Arkan teringat dengan proposal yang diberikan sahabatnya tadi pagi. Tangannya bergetar memegang lembaran-lembaran itu. Sekuat tenaga, ia mencoba membuka lembaran pertama. Namun sedetik kemudian, ia mengurungkan niatnya. Ia letakkan kembali proposal itu di atas meja. Namun ada selembar foto yang terjatuh di lantai. Ia memungut foto itu, dan yang terlihat di matanya adalah seorang wanita berbalut jilbab putih yang begitu anggun dengan senyum khas yang ia kenali. Senyum itu, kepunyaan Aulia…
“Allah, apakah ini takdirku?...” Arkan menyungkurkan diri dalam sujud malam yang tengah.
***
Arkan datang menemui sahabatnya Hafiz, untuk memenuhi janji keputusan atas kedatangan sahabatnya itu kemarin.
“Baiknya sekarang kita langsung ke rumahnya untuk menyegerakan ta’arufmu.”
Mereka pun menuju rumah Aulia. Ketika sampai di sana, mereka disambut dengan hangat oleh orang tua Aulia.
“Mengapa Nak Arkan tidak datang beserta orang tua?”
“Sebelumnya saya minta maaf, Pak. Bagi saya sendiri, ta’aruf pertama ini ada beberapa hal yang ingin saya tanyakan sebelum saya memutuskan untuk melanjutkan ke taraf pernikahan. Jika saya merasakan kemantapan hati, baru saya akan datang kembali beserta keluarga untuk segera melamar.”
“Baiklah jika begitu pertimbangan, Nak Arkan.”
Aulia pun dihadirkan. Wanita itu hadir bagaikan cermin dari foto diri yang tengah malam tadi Arkan lihat.
“Silahkan bertanyalah, Nak…”
“Assalamu’alaikum Aulia… bolehkah kuketahui sebab hingga sampainya proposalmu padaku?”
“Wa’alaikumsalam mas…, jika hal itu yang kamu tanyakan, maka aku akan menyanjung seorang wanita soliha yang kudapati kebijaksanaannya. Aku mengadu mengenai hatiku. Lalu ia berkata, menikahlah! Lalu aku bertanya pada siapa? Pada seorang pemuda yang kau yakini dirinya mampu menjadi pendampingmu dunia akhirat, dan yang saling solih mensolihkan, ujarnya. Aku tak tahu siapa! Tapi aku teringat sosokmu saat menyampaikan ceramah mengenai pernikahan. Lalu aku memutuskan untuk memilih berta’aruf denganmu.”
“Boleh aku tahu wanita itu?”
“Ia orang yang mengundangku untuk menghadiri ceramahmu untuk pertama kalinya saat kita belum berkenalan. Ia orang yang kau kenal. Wanita itu adalah Nayla.”
Arkan tertunduk mendengar nama Nayla yang tersebut oleh Aulia. Lalu ia mencoba untuk bertanya kembali, “Apa Nayla tahu akan ta’aruf ini?”
“Ya, bahkan air matanya sesaat berlinang ketika aku mengatakan bahwa aku ingin berta’aruf denganmu. Ia katakan ia bahagia atas pilihanku. Ia juga yang membantu mengantarkan proposalku kepada Hafiz, untuk disampaikan kepadamu.”
“Terimakasih atas keteranganmu. Aku senang mendengarnya. Aku juga mendapatimu sebagai wanita yang baik. Namun bolehkah aku meminta sesuatu hal kepadamu?”
“Silahkan…”
“Aku tak dapat memberikan keputusan saat ini, besok pukul 10.00 datanglah ke masjid kampus beserta orang tuamu, undanglah juga Nayla untuk datang. Insya allah besok akan kuputuskan apakah ta’aruf ini dilanjutkan atau tidak.”
“Baiklah…”
“Apakah Bapak dan Ibu mengizinkan permintaan saya?”
“Kami tak keberatan jika Nak Arkan maunya begitu.”
***
Malamnya Arkan memulai istikharah. Rasa bingung coba ia tepis dengan menguatkan azamnya. Setelah istikharah, ia terus melanjutkan tahajud dan melebur diri dalam do’a-do’a yang panjang dan khusyuk.
“…. Ya Allah, diantara tanda-tanda kekuasaanMu, telah Engkau ciptakan bagi kami isteri-isteri dari jenis kami sendiri, supaya kami cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Engkau jadikan di antara kami rasa kasih dan sayang. Aku percayakan urusanku ini kepadaMu Rabb, karena Engkaulah hakikatnya yang paling mengetahui mana yang terbaik bagiku. Aku tak ingin melukai hati siapapun, jikalau memang diriku tak pantas untuk bersanding dengan salah satu hambaMu yang soliha itu, aku ikhlas Rabb. Karena mereka adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Berikanlah petunjukMu Rabb….”
***
Masjid kampus pagi ini masih tampak lengang. Hanya ada beberapa orang yang tengah shalat Dhuha. Arkan duduk bersama Hafiz. Lima menit berselang, datanglah Aulia beserta orang tuanya. Kini mereka hanya tinggal menunggu Nayla.
“Nayla minta maaf, ia tidak bias datang. Ia ada rapat di kantornya pagi ini.” Terang Aulia setelah menelpon sahabatnya yang tak kunjung datang itu.
“Bagaimana Nak Arkan?”
“Baiklah, dengan mengucap Basmalah saya putuskan ..….”
***
“Kenapa kamu nggak datang, Nay? Kamu merasa ndak siap?”
“Sesungguhnya ada satu hal yang membuat para nabi dapat bergembira ketika menerima penderitaan, Mbak. Yaitu, mereka telah memutuskan berlari menuju Allah. Mereka terus-menerus percaya dan meyakini bahwa Allah sangat-sangat adil dan penyayang. Jika ada satu dua penderitaan, itu hanya jalan menuju kebahagiaan. Lalu kenapa saya harus merasa ndak siap jika saya akan menuju kebahagiaan, Mbak? Dan saya tak berhak untuk menghalau kebahagiaan orang lain, apalagi sahabat saya. Lagian, rapat ini kan juga penting untuk saya hadiri.”
“Kamu memang layak bahagia, Nay...”
“Setiap orang berhak bahagia, Mbak…”
***
“Nay, jangan lupa ya datang ke pernikahanku besok. Untuk walimahannya akan diadakan pekan depan, Nay.”
“Alhamdulillah, ana turut senang. Insya Allah ana akan datang.”
***
Hari ini kediaman Aulia penuh berkah dengan hari istimewanya. Wajahnya bersinar penuh kebahagiaan.
“Nay, kamu dampingi aku ya?” Pinta Aulia pada Nayla.
Pihak pengantin wanita berada di lantai atas. Ijab Kabul dilakukan di lantai bawah. Suara ijab kabul itu begitu terdengar tegas dan khidmat. Namun Nayla merasa bahwa suara itu bukan suara Arkan. Ia mencoba melihat ke arah pengantin pria, dan yang ada di sana adalah Hafiz. Apa yang terjadi? Tanya benaknya.
“Iya, Nay. Aku menikah dengan Hafiz, bukan Arkan! Aku sudah menikah. Aku ingin, kau juga menikah.” Nayla memeluk sahabatnya itu. Dari sudut-sudut mata bening mereka menetes tangis bahagia.
***
Sebulan berlalu. Pada suatu pagi yang cerah, Nayla kedatangan tamu istimewa.
“Kedatangan saya ke sini, tak lain adalah untuk melamar anak bapak menjadi bidadari saya.”
“Subhanallah, sebuah niat yang baik. Namun sesenang apapun kami orang tuanya, keputusan tetap ada pada Nayla.”
“Tak ada alasan bagiku untuk menolak lamaran dari seorang lelaki yang solih. Maka dengan mengucap Bismillahirrahmannirrahim aku menerima lamaranmu.” Ucapnya dengan wajah yang tertunduk.
“Alhamdulillah…” Senyum tertebar pada setiap yang hadir dalam lamaran itu.
***
Lusanya, walimatul ursy diadakan. Setelah walimahan usai, Nayla bertanya suatu hal pada suaminya, “Suamiku, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan kepadamu. Bukan aku ingin mengungkit masa lalu, namun aku hanya ingin mengobati rasa penasaranku. Sebenarnya, apa yang terjadi di masjid kampus dalam ta’aruf kedua itu?”
Dengan menatap istrinya lembut, Arkan berkata, “Yang terjadi adalah takdir Allah. Dengan mengucap basmalah kala itu, kuputuskan untuk menolak melanjutkan ta’aruf ke arah pernikahan. Ketidak hadiranmu yang membuatku harus memutuskan hal demikian. Karena sebenarnya, kamulah wanita pertama yang membuatku merasakan cinta. Hafiz lalu maju setelah penolakanku. Ia melamar Aulia menjadi bidadarinya. Dan apa yang terjadi selanjutnya, tentu telah kamu ketahui istriku…”
“Maha suci Allah yang mengikat hati kedua insan yang mencinta karenaNya. Aku pun mencintaimu sejak kuyakini ketakwaanmu…” Ucap Nayla sembari mencium tangan suaminya.
***

Seleret, 2013

Minggu, 24 Februari 2013

HADIST


1201 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Bantal Rasulullah saw. yang biasa beliau gunakan untuk bersandar, adalah dari kulit yang isinya sabut

1202 - Hadits riwayat Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: Ketika aku kawin, Rasululllah saw. bertanya kepadaku: Apakah engkau mempergunakan permadani? Saya jawab: Bagaimana saya punya permadani itu. Rasulullah saw. bersabda: Ingatlah, sesungguhnya itu akan ada

1203 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra. ia berkata: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan memandang orang yang menyeret pakaiannya karena sombong

1204 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra.: Ia melihat seorang laki-laki menyeret kainnya, ia menghentakkan kakinya ke bumi, lelaki itu adalah Pangeran (penguasa) Bahrain. Ia berkata: Pangeran datang, Pangeran datang! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah tidak akan memandang orang yang menyeret kainnya dengan congkak

1205 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Ketika seorang lelaki sedang berjalan -ia benar-benar terkejut oleh juntai rambut dan mantelnya-, tiba-tiba ia berikut bumi ditenggelamkan, maka iapun terbenam di dalam bumi sampai hari kiamat

1206 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. beliau melarang memakai cincin emas

1207 - Hadits riwayat Abdullah bin Umar ra. ia berkata: Bahwa Rasulullah saw. menyuruh untuk membuatkan cincin dari emas. Beliau meletakkan mata cincinnya pada bagian dalam telapak tangan, bila beliau memakainya. Orang-orangpun berbuat serupa. Kemudian suatu ketika, beliau duduk di atas mimbar, lalu mencopot cincin itu, seraya bersabda: Aku pernah memakai cincin ini dan meletakkan mata cincinnya di bagian dalam. Lalu beliau membuang cincin itu dan bersabda: Demi Allah, aku tidak akan memakainya lagi selamanya! Orang-orang juga ikut membuang cincin-cincin mereka

1208 - Hadits riwayat Anas bin Malik ra. ia berkata: Nabi saw. memakai cincin perak. Pada cincin itu terpahat, Muhammad Rasulullah. Beliau bersabda kepada kaum muslimin: Aku membuat cincin dari perak dan padanya aku ukir, Muhammad Rasulullah Tak seorangpun bisa mengukir pada ukirannya

1209 - Hadits riwayat Anas bin Malik ra. bahwa: Ia melihat di tangan Rasulullah saw. ada cincin dari perak (mungkin yang dimaksud cincin emas), pada suatu hari. Orang-orangpun membuat cincin-cincin dari perak dan memakainya. Kemudian Rasulullah saw. membuang cincin beliau. Orang-orang juga ikut membuang cincin-cincin mereka

1210 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. Ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Apabila seseorang di antara kalian memakai sandal, hendaknya ia dahulukan yang sebelah kanan. Kalau bermaksud melepasnya, hendaklah ia mulai dari sebelah kiri. Dan hendaknya ia memakai sepasang sandal itu sekaligus, atau melepas keduanya

1211 - Hadits riwayat Abdullah bin Zaid ra.: Bahwa ia melihat Rasulullah saw. berbaring di mesjid sambil meletakkan sebelah kaki beliau pada kaki yang lain

1212 - Hadits riwayat Anas bin Malik ra. ia berkata: Bahwa Nabi saw. melarang pakaian berwarna kunyit

1213 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Nabi saw. bersabda: Sesungguhnya orang Yahudi dan orang Nasrani tidak mencelup. Jadi, berbuatlah beda dengan mereka

1214 - Hadits riwayat Ibnu Abbas ra. Dari Nabi saw. beliau bersabda: Malaikat tidak masuk rumah yang di dalamnya ada anjing atau ada gambar

1215 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Kami mempunyai hordeng bergambar burung. Orang yang hendak masuk, tentu akan melihat hordeng bergambar itu. Lalu Rasulullah saw. bersabda kepadaku: Gantilah hordeng ini! Sebab, setiap kali aku masuk dan melihatanya, aku menjadi ingat dunia. Aisyah ra. berkata: Kami mempunyai beludru yang biasa kami sebut sutera. Dan kami memakainya

1216 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Orang-orang yang membuat gambar-gambar akan disiksa pada hari kiamat. Kepada mereka difirmankan: Hidupkan apa yang telah kalian ciptakan

1217 - Hadits riwayat Abdullah bin Mas`ud ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat, adalah para juru gambar

1218 - Hadits riwayat Ibnu Abbas ra. ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Setiap tukang gambar itu masuk neraka. Allah akan menjadikan baginya, dengan setiap gambar yang ia buat, sosok yang menyiksanya di neraka Jahannam

1219 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Allah swt. berfirman: Siapa lagi orang yang lebih dhalim daripada orang yang mencoba membuat ciptaan seperti makhlukku? Mereka boleh coba menciptakan dzarrah, atau menciptakan biji-bijian, atau menciptakan jelai

1220 - Hadits riwayat Abu Basyir Al Anshari ra.: Bahwa ia pernah mengikuti Rasulullah saw. dalam suatu perjalanan. Lalu Rasulullah mengirim seorang utusan -Kata Abdullah bin Abu Bakar: Aku kira dia (Abu Basyir) juga mengatakan, sementara itu orang-orang berada di tempat penginapan mereka-, untuk menyampaikan sabda beliau: Jangan biarkan pada leher unta ada kalung dari tali. Putuskanlah tali itu

1221 - Hadits riwayat Anas bin Malik ra. ia berkata: Ketika Ummu Sulaim melahirkan, ia berkata kepadaku: Hai Anas! Lihatlah anak ini, ia tidak akan mendapatkan sesuatu sebelum engkau pergi membawanya kepada Nabi saw, agar beliau menggosok tenggorokannya dengan minyak dan sebaginya sebelum disusui. Akupun berangkat. Ternyata Rasulullah saw. sedang berada di kebun. Beliau memakai pakaian dari bulu berwarna hitam. Beliau tengah menandai unta yang diserahkan kepada beliau dalam penaklukan

1222 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. melarang mencukur rambut sebagian kepala

1223 - Hadits riwayat Abu Sa`id Al Khudri ra.: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Hindarilah duduk di jalan-jalan! Para shahabat berkata: Ya Rasulullah saw! Kami tidak bisa menghindar untuk duduk berbincang-bincang di sana (di jalan). Rasulullah saw. bersabda: Kalau memang kalian harus duduk juga, maka berikanlah pada jalan itu haknya. Para shahabat bertanya: Apakah haknya? Rasulullah saw. bersabda: Menjaga penglihatan, menyingkirkan hal-hal yang membahayakan, menjawab salam, amar makruf dan nahi munkar

1224 - Hadits riwayat Asma' binti Abu Bakar ra. ia berkata: Seorang wanita datang kepada Nabi saw. lalu berkata: Ya Rasulullah saw, aku mempunyai anak perempuan yang akan menjadi pengantin. Ia pernah terkena penyakit campak, sehingga rambutnya rontok. Bolehkah aku menyambungnya (dengan rambut lain)? Rasulullah saw. bersabda: Allah mengutuk orang yang menyambung rambut dengan rambut lain dan orang yang memintalnya

1225 - Hadits riwayat Aisyah ra.: Bahwa seorang budak perempuan Anshar kawin. Tetapi, karena sebelumnya menderita sakit, maka rambutnya rontok. Keluarganya ingin menyambung rambutnya. Lalu mereka bertanya kepada Rasulullah saw. tentang hal itu. Dan Rasulullah saw. mengutuk orang yang menyambung rambut dan orang yang meminta disambungkan rambutnya

1226 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. mengutuk orang yang menyambung rambut dan orang yang meminta disambungkan rambutnya, orang yang membuat tatto dan orang yang meminta dibuatkan tatto

1227 - Hadits riwayat Abdullah bin Mas`ud ra. ia berkata: Allah mengutuk orang-orang yang membuat tatto dan orang-orang yang minta dibuatkan tatto, orang-orang yang menghilangkan rambut pada wajah dan orang-orang yang minta dihilangkan rambut pada wajahnya, serta orang-orang yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang merubah ciptaan Allah. Perkataan Abdullah bin Mas`ud itu sampai kepada seorang wanita dari Bani Asad yang biasa dipanggil Ummi Ya`qub ia sedang membaca Al Qur'an. Lalu ia datang kepada Abdullah bin Mas`ud dan berkata: Apakah benar berita yang sampai kepadaku, bahwa engkau mengutuk orang-orang yang membuat tatto, orang-orang yang minta dibuatkan tatto, orang-orang yang minta dihilangkan rambut pada wajahnya dan orang-orang yang merenggangkan gigi demi kecantikan yang mengubah ciptaan Allah. Abdullah berkata: Bagaimana aku tidak mengutuk orang-orang yang juga dikutuk oleh Rasulullah saw? Sedangkan itu disebutkan dalam Kitab Allah. Wanita itu membantah: Aku sudah membaca semua isi Mushaf, tetapi aku tidak mendapatkannya. Maka Abdullah bin Mas`ud berkata: Jika engkau benar-benar membacanya, pasti engkau telah menemukannya. Allah swt. berfirman: (Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka ambilah, dan apa yang ia larang atas kalian, maka tinggalkanlah). Wanita itu berkata: Aku melihat sesuatu di antara yang engkau bicarakan ini pada isterimu, sekarang. Abdulah bin Mas`ud berkata: Pergilah, lihat! Wanita itupun masuk mendapatkan isteri Abdullah bin Mas`ud. Namun, ia tidak melihat sesuatu apapun. Maka ia datang lagi kepadanya dan berkata: Aku tidak melihat sesuatu apapun. Abdullah bin Mas`ud berkata: Ingatlah, seandainya demikian (pada isteriku ada sesuatu di antara apa yang kubicarakan), tentu aku tidak akan mempergaulinya

1228 - Hadits riwayat Mu`awiyah bin Abu Sufyan ra.: Dari Humaid bin Abdurrahman bin Auf bahwa dia mendengar dari Muawiyah bin Abi Sofyan pada musim haji yang sedang berdiri di atas mimbar dan menerima potongan rambut dari seorang pengawalnya, berkata: Wahai rakyat Madinah. Mana ulama kalian? Aku pernah mendengar Rasulullah saw. melarang hal semacam ini (jambul rambut) Beliau bersabda: Sesungguhnya Bani Israil mengalami kebinasaan, adalah ketika para wanita mereka melakukan hal ini itu

1229 - Hadits riwayat Asma' ra. ia berkata: Seorang wanita datang kepada Nabi saw. lalu berkata: Aku mempunyai kebutuhan. apakah aku berdosa bila aku pura-pura cukup dengan harta suamiku dengan apa yang tidak ia berikan kepadaku? Rasulullah saw. bersabda: Orang yang pura-pura puas dengan apa yang tidak diberikan itu seperti orang yang mengenakan pakaian palsu

1230 - Hadits riwayat Anas bin Malik ra. ia berkata: Seseorang memanggil temannya di Baqie`: Hai Abul Qasim! Rasulullah saw. berpaling kepada si pemanggil. Orang itu buru-buru berkata: Ya Rasulullah saw, aku tidak bermaksud memanggilmu. Yang kupanggil adalah si Fulan. Rasulullah saw. bersabda: Kalian boleh memberi nama dengan namaku, tapi jangan memberikan julukan dengan julukanku

1231 - Hadits riwayat Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: Seseorang di antara kami mempunyai anak. Ia menamainya dengan nama Muhammad. Orang-orang berkata kepadanya: Kami tidak akan membiarkanmu memberi nama Rasulullah saw. Orang itu berangkat membawa anaknya yang ia gendong di atas punggungnya, untuk menemui Rasulullah saw. Setelah sampai di hadapan Rasulullah saw. ia berkata: Ya Rasulullah! Anakku ini lahir, lalu aku memberinya nama Muhammad. Tetapi, orang-orang berkata kepadaku: Kami tidak akan membiarkanmu memberi nama dengan nama Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda: Kalian boleh memberikan nama dengan namaku, tetapi jangan memberi julukan dengan julukanku. Karena, akulah Qasim, aku membagi di antara kalian

1232 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Abul Qasim, Rasulullah saw. bersabda: Berikanlah nama dengan namaku, tetapi jangan memberikan julukan dengan julukanku

1233 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: semula nama Zainab adalah Barrah. Orang mengatakan, ia membersihkan dirinya. Lalu Rasulullah saw. memberinya nama Zainab

1234 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. bahwa: Beliau bersabda: Nama yang paling jelek menurut Allah, adalah seseorang yang bernama Malik Al Amlak. Ibnu Abu Syaibah menambahkan dalam riwayatnya, Tidak ada Malik (raja) kecuali Allah swt.

1235 - Hadits riwayat Abu Musa ra. ia berkata: Anakku lahir, lalu aku membawanya kepada Nabi saw. beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya (mengolesi bibirnya) dengan kurma

1236 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Asma' binti Abu Bakar ra. keluar pada waktu hijrah, ia sedang mengandung Abdullah bin Zubair. Ketika sampai di Quba', ia melahirkan Abdullah di Quba'. Setelah melahirkan, ia keluar menemui Rasulullah saw. agar beliau mentahnik si bayi. Rasulullah saw. mengambil si bayi darinya dan beliau meletakkannya di pangkuan beliau. Kemudian beliau meminta kurma. Aisyah ra. berkata: Kami harus mencari sebentar sebelum mendapatkannya. Beliau mengunyah kurma itu, lalu memberikannya ke mulut bayi, sehingga yang pertama-tama masuk ke perutnya adalah kunyahan Rasulullah saw. Selanjutnya Asma' berkata: Kemudian Rasulullah saw. mengusap bayi, mendo`akan dan memberinya nama Abdullah. Tatkala anak itu berumur tujuh atau delapan tahun, ia datang untuk berbai`at kepada Rasulullah saw, Ayahnya, Zubair yang memerintahkan demikian. Rasulullah saw. tersenyum saat melihat anak itu menghadap beliau. Kemudian ia bai`at kepada beliau

1237 - Hadits riwayat Aisyah ra. bahwa: Rasulullah saw. dibawakan seorang bayi, lalu beliau memberkatinya dan mentahniknya

1238 - Hadits riwayat Sahal bin Sa`ad ra. ia berkata: Al Mundzir bin Abi Usaid, ketika baru dilahirkan, dibawa menghadap Rasulullah saw. Beliau meletakkan di pangkuannya, sedangkan Abu Usaid duduk. Lalu perhatian Nabi saw. tercurah pada sesuatu di depan beliau. Maka Abu Usaid menyuruh seseorang mengangkat anaknya dari atas paha Rasulullah saw. dan memindahkannya. Ketika Rasulullah saw. tersadar, beliau bertanya: Mana anak itu? Abu Usaid menjawab: Kami memindahkannya, ya Rasulullah saw. Rasulullah saw. bertanya: Siapa namanya? Abu Usaid menjawab: Fulan, ya Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda: Tidak, tetapi namanya adalah Al Mundzir. Jadi, pada hari itu, Rasulullah saw. memberinya nama Al Mundzir

1239 - Hadits riwayat Al Mughirah bin Syu`bah ra. ia berkata: Tak seorangpun bertanya tentang Dajjal kepada Rasulullah saw. lebih banyak dari pertanyaanku kepada beliau dalam persoalan yang sama. Maka beliau bersabda: Wahai anakku! Apa yang membuatmu berpayah-payah memikirkannya? Sesungguhnya ia (Dajjal) tidak bakal membahayakanmu. Aku (Al Mughirah) berkata: Orang-orang beranggapan, bahwa ia akan memiliki sungai-sungai air dan gunung-gunung roti. Rasulullah saw. bersabda: Yang lebih dari itu, sangat mudah bagi Allah

1240 - Hadits riwayat Abu Sa`id Al Khudri ra. ia berkata: Aku sedang duduk dalam majlis orang-orang Anshar di Madinah Tiba-tiba Abu Musa ra. datang dengan ketakutan. Kami bertanya: Kenapa engkau? Ia menjawab: Umar menyuruhku untuk datang kepadanya. Akupun datang. Didepan pintunya, aku mengucap salam tiga kali, tetapi tidak ada jawaban, maka aku kembali. Tetapi, ketika bertemu lagi, ia bertanya: Apa yang menghalangimu datang kepadaku? Aku menjawab: Aku telah datang kepadamu. Aku mengucap salam tiga kali di depan pintumu. Setelah tidak ada jawaban, aku kembali. Sebab, Rasulullah saw. telah bersabda: Apabila salah seorang di antara kalian minta izin tiga kali dan tidak mendapatkan jawaban, maka hendaklah ia kembali

1241 - Hadits riwayat Abu Musa Al Asy`ari ra. bahwa: Ketika Abu Musa datang kepada Umar bin Khathab, ia mengucap: Assalamu'alaikum, ini Abdullah bin Qais, tetapi tidak ada jawaban, maka sekali lagi ia mengucap: Assalamu'alaikum, ini Abu Musa. Assalamu'alaikum ini Al Asy`ari. Ketika ia berbalik hendak pulang, Umar muncul dan berkata: Kembali! Kembalilah kemari! Setelah Abu Musa ra. datang, Umar bertanya: Hai Abu Musa ra! Mengapa engkau cepat-cepat hendak pulang? Kami sedang melakukan suatu pekerjaan. Abu Musa ra. berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Minta izin itu tiga kali. Jika engkau mendapat izin, maka engkau boleh masuk. Tetapi, kalau tidak, maka pulanglah

1242 - Hadits riwayat Jabir bin Abdullah ra. ia berkata: Aku datang kepada Nabi saw. lalu memanggil. Dari dalam Nabi saw. bertanya: Siapa ini? Aku menjawab: Aku. Nabi saw. keluar seraya berucap: Aku, aku

1243 - Hadits riwayat Sahl bin Sa`ad As Sa`idiy ra. bahwa: Seorang lelaki mengintip pada lubang pintu Rasulullah saw. Ketika itu Rasulullah saw. membawa sisir yang beliau gunakan untuk menggaruk kepala. Pada waktu Rasulullah saw. melihat orang itu, beliau bersabda: Seandainya aku tahu engkau memandangku, tentu aku tusukkan sisir ini ke matamu. Rasulullah saw. juga bersabda: Izin diperintahkan (disyariatkan) hanyalah karena alasan penglihatan

1244 - Hadits riwayat Anas bin Malik ra. ia berkata: Seseorang melongok ke salah satu kamar Nabi saw, kemudian Nabi saw. menghampirinya dengan membawa anak panah bermata lebar. Seakan-akan melihat Rasulullah saw. merunduk hendak menikamnya

1245 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. beliau bersabda: Barangsiapa melongok ke dalam rumah suatu kaum tanpa seizin mereka, maka benar-benar halal mereka mencungkil matanya

1246 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda: Orang yang berkendaraan mengucap salam kepada orang yang berjalan kaki, orang yang berjalan kaki mengucap salam kepada orang yang duduk, dan orang yang sedikit mengucap salam kepada orang yang banyak

1247 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Ada lima kewajiban bagi seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim; menjawab salam, mendo`akan orang yang bersin, memenuhi undangan, menengok orang sakit dan mengiring jenazah

1248 - Hadits riwayat Anas bin Malik ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Apabila Ahli Kitab mengucapkan salam kepadamu, maka ucapkanlah, Wa`alaikum

1249 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang Yahudi itu bila mengucap salam kepada kalian, mereka mengucap, (kematian tetap atas kalian). Karena itu, ucapkanlah,

1250 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Sekelompok orang Yahudi meminta izin kepada Rasulullah saw. Mereka mengucap: Aisyah menyahut: (Sebaliknya kalianlah yang moga-moga mendapatkan kematian dan kutukan). Rasulullah saw. menegur: Hai Aisyah! Sungguh, Allah menyukai keramahan dalam segala hal. Aisyah berkata: Tidakkah engkau mendengar apa yang mereka ucapkan? Rasulullah saw. bersabda: Aku telah menjawab: (begitu pula kalian)

1251 - Hadits riwayat Anas bin Malik ra. ia berkata: Rasulullah saw. pernah melewati anak-anak, lalu beliau mengucapkan salam kepada mereka

1252 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Saudah keluar setelah diwajibkan hijab (tirai, tabir) atasnya, untuk memenuhi kebutuhannya. Dia adalah seorang wanita yang tinggi besar. Orang yang sudah mengenalnya, tentu tidak akan pangling melihatnya. Umar bin Khathab melihatnya, lalu menegurnya: Hai Saudah! Bagaimanapun engkau tidak membuat kami pangling. Karena itu, tengoklah mengapa engkau keluar? Saudah segera pulang. Sementara itu, Rasulullah saw. berada dirumahku (rumah Aisyah) sedang makan malam dan beliau masih memegang tulang. Ketika itulah Saudah masuk dan mengadu: Ya Rasulullah! Aku baru saja keluar. Lalu Umar bin Khathab menegurku begini dan begini. Kemudian diwahyukan kepada Rasulullah saw. (ayat ke 59 surat Al Ahzab) pada saat tulang masih berada di tangan beliau, belum beliau letakkan. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya telah diizinkan bagi kalian, kaum wanita, untuk keluar memenuhi hajat kalian

1253 - Hadits riwayat Uqbah bin Amir, ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Hindarkanlah diri kalian masuk menemui wanita. Seorang shahabat anshar bertanya: Ya Rasulullah, bagaimana kalau ipar? Rasulullah saw. bersabda: Ipar itu maut (lebih mengkhawatirkan)

1254 - Hadits riwayat Shafiyah binti Huyaiy ra. ia berkata: Suatu malam, ketika Nabi saw. sedang beri`tikaf, aku datang menengok beliau. Sesudah puas berbicara dengan beliau, akupun berdiri untuk pulang. Rasulullah saw. ikut berdiri untuk mengantarku. Tempat tinggal Shafiyah adalah di rumah Usamah bin Zaid Tiba-tiba lewat dua orang anshar. Tatkala mereka melihat Nabi saw. mereka mempercepat jalan mereka. Nabi saw. bersabda: Pelan-pelanlah kalian berdua! Dia adalah Shafiyah binti Huyaiy. Mereka berdua segera menyahut: Maha suci Allah, ya Rasulullah! Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya setan itu berjalan pada aliran darah manusia. Dan aku khawatir ada tuduhan buruk atau yang tidak-tidak di hati kalian

1255 - Hadits riwayat Abu Waqid Al Laitsiy ra. ia berkata: Ketika Rasulullah saw. sedang duduk di mesjid bersama kaum muslimin, tiba-tiba datang tiga orang. Dua orang langsung menghampiri Rasulullah saw. sedangkan yang seorang lagi pergi. Satu di antara dua orang yang menghadap Rasulullah saw. melihat ada tempat kosong dalam kalangan (lingkaran), maka diapun duduk di sana. Adapun yang seorang lagi, duduk di belakang mereka. Sementara itu orang yang ketiga, telah pergi. Setelah Rasulullah saw. selesai, beliau bersabda: Tidak inginkah kalian kuberitahu tentang tiga orang tadi? Seorang di antara mereka berlindung kepada Allah, maka Allah melindunginya. Yang lain malu, maka Allahpun malu kepadanya. Sedangkan orang yang ketiga menghindar, maka Allahpun menghindar darinya

1256 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw. bahwa Beliau bersabda: Jangan sekali-kali seorang di antara kalian membuat orang lain berdiri dari tempat duduknya, kemudian dia duduk di tempat itu

1257 - Hadits riwayat Ummi Salamah ra. ia berkata: Seorang lelaki banci berada di rumah (rumah Umi Salamah), ketika Rasulullah saw. sedang di rumah. Orang itu berkata kepada saudara Ummi Salamah, Hai Abdullah bin Abi Umayyah! Jika Allah menolong kalian menaklukkan Thaif besok, maka akan kutunjukkan kepadamu anak perempuan Ghailan. Dia menghadap dengan empat lipatan perut dan mundur dengan delapan lipatan perut (sangat gemuk). Ketika Rasulullah saw. mendengar pembicaraan itu, beliau bersabda: Janganlah mereka itu masuk ke tempat kalian

1258 - Hadits riwayat Asma' binti Abu Bakar ra. ia berkata: Az Zubair mengawiniku sedang ia tidak memiliki harta atau sahaya atau apapun kecuali kudanya. Akulah yang memberi makan kudanya, mencukupi bahan makannya, mengurusnya, menumbuhkan biji kurmanya bagi pengairannya, memberinya makan, memberi minum, melubangi timbanya dan membuatkan adonan rotinya. Tetapi, aku tidak bisa membuat roti dengan baik. Karena itu, para tetanggaku, wanita Anshar lah yang biasanya membuatkan roti untukku. Mereka adalah wanita yang tulus. Aku biasa memindahkan biji kurma dari tanah Az Zubair yang diberikan oleh Rasulullah saw, aku menyungginya di atas kepalaku. Tanah itu jauhnya kira-kira dua pertiga farsakh (1 mil) dari kota. Suatu hari aku datang membawa biji kurma di atas kepalaku. Lalu aku bertemu Rasulullah saw. yang disertai beberapa orang shahabat beliau. Beliau memanggilku, kemudian mengucap: Ikh, ikh (ucapan untuk membuat unta menderum). Beliau bermaksud memboncengku di belakang beliau. Asma' berkata: Aku merasa malu dan aku tahu kecemburuanmu. Az Zubair berkata: Demi Allah! Engkau menyunggi biji kurma di atas kepalamu, adalah lebih berat daripada engkau menunggang bersama beliau. Kemudian sesudah itu Abu Bakar ra. mengutus seorang pelayan. Hal itu membuatku tidak lagi mengurus kuda, seakan-akan aku bebas

1259 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Apabila terdapat tiga orang, maka janganlah dua orang (di antara mereka) berbisik-bisik tanpa menyertakan yang lain

1260 - Hadits riwayat Abdullah bin Mas`ud ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Apabila kalian tiga orang, maka janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa menyertakan seorang yang lain, sampai mereka bergabung dengan banyak orang, agar tidak membuatnya sedih (jengkel)

1261 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Mata (Hiptonis) itu haq (benar)

1262 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Seorang Yahudi Bani Zuraiq yang bernama Labied bin Al A`sham, pernah menyihir Rasulullah saw. sehingga Rasulullah saw. membayangkan seolah-olah melakukan sesuatu, padahal tidak. Sampai pada suatu hari atau pada suatu malam, Rasulullah saw. berdo`a dan terus berdo`a, kemudian bersabda: Hai Aisyah! apakah engkau merasa bahwa Allah memberiku petunjuk mengenai apa yang aku tanyakan kepadaNya? Dua malaikat telah datang kepadaku. Salah satu di antara keduanya duduk di samping kepalaku, sedangkan yang lain di dekat kakiku. Malaikat yang berada di samping kepalaku berkata kepada malaikat yang berada di dekat kakiku, atau sebaliknya: Apa sakit orang ini? Yang ditanya menjawab: Tersihir. Yang satu bertanya lagi: Siapakah yang menyihirnya? Yang lain menjawab: Labied bin Al A`sham. Yang satunya bertanya: Di mana sihir itu ditempatkan? Yang lain menjawab: Pada sisir dan rambut rontok yang berada di sisir itu, serta kantong mayang kurma jantan. Yang satu bertanya: Di mana itu diletakkan? Yang lain menjawab: Di dalam sumur Dzu Arwan. Aisyah melanjutkan: Lalu Rasulullah saw. datang ke sumur itu bersama beberapa orang shahabat beliau, kemudian beliau bersabda: Hai Aisyah! Demi Allah, seakan-akan air sumur itu perasan inai (yakni berwarna kuning kemerah-merahan), sedangkan pohon kurma yang ada di sana bagaikan kepala-kepala setan. Aku (Aisyah) bertanya: Ya Rasulullah! Apakah engkau tidak membakar saja benda itu? Rasulullah saw. menjawab: Tidak. Mengenai diriku, Allah telah berkenan menyembuhkanku. Dan aku tidak suka membuat masyarakat menjadi resah. Karena itu, aku menyuruh memendam menanam (nya

1263 - Hadits riwayat Anas ra. ia berkata: Ada seorang perempuan Yahudi datang kepada Rasulullah saw. dengan membawa hidangan daging kambing yang diracuni. Rasulullah saw. memakan hidangan itu. Lalu perempuan itu dihadapkan kepada Rasulullah saw. Dan ketika ditanya tentang perbuatannya, dia menjawab: Aku memang bermaksud hendak membunuhmu. Rasulullah saw. bersabda: Allah tidak akan memberikan kekuasaan kepadamu untuk melakukan hal itu. Menurut satu riwayat, ada tambahan kalimat terhadapku. Para shahabat bertanya: Bolehkah kami membunuh perempuan ini? Rasulullah saw. bersabda: Jangan! Anas berkata: Aku akan selalu bisa mengenali perempuan yang hendak mencelakakan Rasulullah saw. Tersebut

1264 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Biasanya apabila ada seorang di antara kami menderita sakit, Rasulullah saw. mengusapnya dengan tangan kanan beliau, kemudian beliau mengucap: Hilangkanlah sakit, wahai Tuhan manusia! Berilah kesembuhan. Engkaulah Dzat yang memberi kesembuhan. Tiada kesembuhan, kecuali kesembuhan dari-Mu. Kesembuhan yang tidak menyisakan sakit. Ketika Rasulullah saw. menderita sakit dan semakin parah, aku pegang tangan beliau untuk melakukan seperti yang biasa beliau perbuat. Namun beliau menarik tangan beliau dari tanganku, kemudian mengucap, Ya Allah! Ampunilah aku dan jadikanlah aku bersama Ar Rafieq Al A`la. Aku bergegas untuk melihat, ternyata beliau telah wafat

1265 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Apabila ada salah seorang anggota keluarga beliau yang sakit, beliau menyemburnya dengan membaca mantera-mantera. Ketika beliau menderita sakit yang menyebabkan beliau wafat, aku juga menyembur beliau dan mengusap beliau dengan tangan beliau sendiri. Karena, tangan beliau tentu lebih besar berkahnya daripada tanganku

1266 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. memberi izin kepada tuan rumah dari golongan Anshar untuk menjampi dari sesuatu yang beracun

1267 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. biasanya bila ada seseorang yang mengeluh sakit atau terkena luka, maka sambil meletakkan jari telunjuk ke tanah lalu mengangkatnya kembali seperti yang dicontohkan oleh Sufyan beliau mengucap: Dengan menyebut asma Allah. Debu tanah kami, dengan ludah sebagian kami, agar sembuh penyakit kami, dengan izin Tuhan kami

1268 - Hadits riwayat Aisyah ra. bahwa: Rasulullah saw. pernah menyuruhnya untuk meminta jampi dari sakit mata

1269 - Hadits riwayat Ummi Salamah ra., isteri Nabi saw. bahwa: Rasulullah saw. pernah bersabda tentang jariyah yang berada di rumah Ummi Salamah ra., yang beliau lihat memiliki warna wajah yang lain dari pada yang lain. dia terkena penyakit akibat hipnotis, jampilah dia

1270 - Hadits riwayat Abu Sa`id Al Khudriy ra. bahwa: Beberapa orang di antara shahabat Rasulullah saw. sedang berada dalam perjalanan. Mereka melewati salah satu dari kampung-kampung Arab. Mereka berharap dapat menjadi tamu penduduk kampung tersebut. Namun, ternyata penduduk kampung itu tidak mau menerima mereka. Tetapi ada yang menanyakan: Apakah di antara kalian ada yang bisa menjampi? Karena, kepala kampung sedang terkena sengat. Seorang dari para shahabat itu menjawab: Ya, ada. Orang itu lalu mendatangi kepala kampung dan menjampinya dengan surat Al Fatihah. Ternyata kepala kampung itu sembuh. Maka shahabat itu diberi beberapa ekor (tiga puluh) kambing. Dia enggan menerimanya dan mengajukan syarat: Aku akan menyampaikannya dulu kepada Nabi saw. dia pulang menemui Nabi saw. dan menuturkan pengalaman tersebut. Dia berkata: Ya Rasulullah! Demi Allah, aku hanya menjampi dengan surat Al Fatihah. Mendengar penuturan itu: Rasulullah saw. tersenyum dan bersabda: Tahukah engkau bahwa Al Fatihah itu merupakan jampi? Kemudian beliau melanjutkan: Ambillah imbalan dari mereka dan pastikan aku mendapatkan bagian bersama kalian

1271 - Hadits riwayat Jabir bin Abdullah ra. Dari `Ashim bin Umar bin Qatadah, bahwa Jabir bin Abdullah menjenguk Al Muqanna`, kemudian berkata: Aku tidak akan pulang sebelum engkau mau berbekam. Sebab, saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya di dalam berbekam itu terdapat pengobatan

1272 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Demam itu berasal dari didihan api neraka Jahannam. Karena itu, turunkanlah demam itu dengan air

1273 - Hadits riwayat Asma' ra. bahwa: Pernah ada seorang perempuan yang gelisah karena menderita demam, ia dibawa menghadap kepadanya (kepada Asma'). Lalu Asma' meminta air, kemudian disiramkan ke dalam kerah baju perempuan itu. Asma' berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. pernah bersabda: Turunkanlah panas demam itu dengan air. Beliau juga bersabda: Sesungguhnya panas itu dari didihan api neraka Jahanam

1274 - Hadits riwayat Rafi` bin Khadij ra. ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya panas demam itu adalah panas yang berasal dari api neraka Jahanam. Karena itu dinginkanlah panas itu dengan air

1275 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Kami memberikan Ladud kepada Rasulullah saw. ketika beliau sakit. Lalu beliau memberi isyarat supaya aku tidak melakukan hal itu. Kami beranggapan bahwa itu adalah ketidak sukaan orang yang sakit terhadap obat. Tatkala sadar, beliau bersabda: Setiap orang dari kalian pasti pernah berobat dengan Ladud, kecuali Al Abbas ra., karena dia tidak sempat menyaksikan kalian

1276 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya pada jintan hitam itu terdapat obat untuk segala macam penyakit, kecuali kematian

1277 - Hadits riwayat Aisyah ra., isteri Nabi saw. bahwa: Apabila ada keluarganya yang meninggal dunia, para wanita berkumpul. Kemudian setelah mereka bubar --kecuali keluarga dan orang-orang tertentu, beliau menyuruh untuk memasak seperiuk bubur talbinah (bubur tepung), kemudian dibuat pula roti lalu disiram dengan bubur talbinah tersebut. Lalu Ia berkata: Makanlah! Sungguh, aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Bubur Talbinah itu bisa menyegarkan hati orang yang sakit dan dapat menghilangkan sebagian kesusahan

1278 - Hadits riwayat Abu Sa`id Al Khudriy ra. ia berkata: Ada seorang lelaki datang kepada Nabi saw. lalu berkata: Saudaraku merasa mual-mual perutnya. Rasulullah saw. bersabda: Minumkanlah madu! Setelah orang itu memberi minum madu kepada saudaranya, dia datang lagi kepada Nabi saw. dan melapor: Aku telah memberinya minum madu, tetapi dia malah bertambah mulas. Kejadian itu berulang sampai tiga kali. Pada kali yang keempat Rasulullah saw. tetap bersabda: Minumkanlah madu! Orang itupun masih saja melapor: Aku benar-benar telah memberinya minum madu, tetapi dia malah bertambah mulas, maka Rasulullah saw. bersabda: Maha benar Allah! Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalam minuman itu terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia (Q.S. An Nahl: 69). Pasti ada yang tidak beres dengan perut saudaramu itu. Akhirnya Rasulullah saw. sendiri yang memberikan minum madu dan saudara orang itupun sembuh

1279 - Hadits riwayat Usamah bin Zaid ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Sampar itu siksa yang dikirimkan kepada Bani Israil atau orang-orang yang hidup sebelum kalian. Apa bila kalian mendengar adanya sampar itu di suatu daerah, maka janganlah kalian datang ke sana. Dan kalau sampar itu berjangkit di suatu daerah, sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar untuk melarikan diri darinya

1280 - Hadits riwayat Abdullah bin Abbas ra. ia berkata: Umar bin Khathab pergi ke Syam. Ketika tiba di sebuah dusun bernama Sarghi, beliau di temui oleh penduduk Syam, yaitu Abu Ubaidah bin Al Jarrah ra. dan para pengikutnya. Mereka memberitahukan bahwa telah berjangkit di Syam suatu wabah penyakit. Ibnu Abbas ra. berkata: Maka Umar berkata: Coba panggilkan shahabat muhajirin yang pertama. Maka aku panggil mereka. Lantas dia mengajak mereka berembuk dan memberitahukan kepada mereka, bahwa wabah telah berjangkit di Syam, ternyata mereka berbeda pendapat menanggapi berita itu. Sebagaian di antara mereka berkata: Engkau pergi untuk suatu urusan besar. Kami tidak sependapat jika engkau kembali. Sedangkan sebagaian yang lain berkata: Engkau diikuti oleh banyak manusia dan para shahabat, kami tidak setuju bila engkau mengajak mereka menuju ke wabah tersebut. Umar berkata: Tinggalkan aku, dan tolong panggilkan shahabat Anshar! Akupun memanggil mereka. Ketika dimintai pertimbangan, mereka juga bersikap dan berbeda pendapat seperti halnya orang-orang Muhajirin. Umar berkata: Tinggalkan aku! Lalu ia berkata lagi: Tolong panggilkan sesepuh Quraisy yang dulu hijrah pada waktu penaklukan dan sekarang ada di sana. Aku memanggil mereka. Ternyata mereka sepakat. Mereka berkata: Menurut Kami sebaiknya engkau ajak orang-orang pulang dan tidak mengajak mereka melewati wabah ini. Umar lalu berseru di tengah-tengah orang banyak: Aku akan mengendarai tungganganku untuk pulang. Ikutlah pulang bersamaku! Abu Ubaidah bin Al Jarrah ra. bertanya: Apakah itu berarti engkau lari dari taqdir Allah? Umar menjawab: Kalau saja bukan engkau yang mengatakan itu, hai Abu Ubaidah! Umar memang tidak suka berselisih dengan Abu Ubaidah. Ya, kita lari dari ketentuan Allah untuk menuju ke ketentuan-Nya yang lain. Apa pendapatmu seandainya engkau mempunyai seekor unta yang turun di suatu lembah yang memiliki dua sisi, yang satu subur dan yang satu tandus, apakah jika engkau menggembalakannya di tempat yang subur itu bukan berarti engkau menggembalakanya karena taqdir Allah? Begitu sebaliknya, kalau engkau menggembalakannya di tempat yang tandus, bukankah engkau menggembalakanya karena taqdir Allah juga? Lalu datanglah Abdurrahman bin Auf yang datang karena suatu keperluan, ia berkata: Sungguh aku mempunyai pengetahuan tentang masalah ini, aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Apabila kalian mendengar ada suatu wabah di suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. Sebaliknya, kalau wabah tersebut berjangkit di suatu daerah sedangkan kalian berada di sana, maka janganlah kalian keluar melarikan diri dari padanya. Mendengar itu Umar bin Khathab memuji Allah, kemudian pergi meninggalkan tempat itu

1281 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Ketika Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada istilah menular, tidak benar cacing perut itu mendatangkan bencana, dan tidak benar roh orang yang sudah mati itu bisa menjelma, maka seorang desa bertanya: Ya Rasulullah! Lalu bagaimana dengan unta yang berada di padang yang semula bagaikan kijang, kemudian didatangi oleh unta berkudis dan setelah bergabung, maka semua unta menjadi ketularan berkudis? Rasulullah saw. bersabda: Lalu yang manakah yang menularkan pertama kali

1282 - Hadits riwayat Anas ra. ia berkata: Nabi saw. pernah bersabda: Tidak ada istilah menular dan tidak ada tanda atau firasat sial. Yang membuatku kagum ialah Al fa`lu, yaitu kalimat yang baik, kalimat yang bagus

1283 - Hadits riwayat Abdullah bin Umar ra. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Kesialan itu ada pada rumah, pada perempuan, dan pada kuda (kendaraan)

1284 - Hadits riwayat Sahl bin Sa`ad ra. dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Kalau memang kesialan itu ada, maka ia ada pada perempuan, pada kuda (kendaraan) dan pada tempat tinggal

1285 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya beberapa orang dukun pernah menceritakan sesuatu kepada kami dan kami rasa apa yang mereka ceritakan itu benar adanya. Rasulullah saw. bersabda: Kalimat yang benar itu memang sengaja disamber dengan cepat oleh jin lalu dilemparkan ke telinga walinya, tetapi di dalamnya sudah dia tambahi dengan seratus kedustaan

1286 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. menyuruh untuk membunuh ular, karena binatang tersebut bisa membutakan pandangan mata dan mencelakakan kandungan

1287 - Hadits riwayat Ibnu Umar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Bunuhlah ular-ular berbisa dan ular-ular yang jahat, karena keduanya bisa menggugurkan kandungan dan membutakan pandangan mata

1288 - Hadits riwayat Abdullah bin Mas`ud ra. ia berkata: Kami pernah bersama Nabi saw. di dalam sebuah gua. Di dalam gua itu turun firman Allah kepada beliau: Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan. Kami bermaksud mengambil buah kurma yang ada pada mulut gua tersebut. Tiba-tiba saja keluar seekor ular. Nabi saw. bersabda: Bunuhlah ia. Kami bergegas dan berlomba untuk membunuhnya. Namun ular tersebut sangat gesit sehingga lepas. Rasulullah saw. kemudian bersabda: Rupanya Allah telah melindunginya dari kejahatan kamu sebagaimana Allahpun telah melindungi kamu dari kejahatannya

1289 - Hadits riwayat Ummu Syarik ra. bahwa: Nabi saw. menyuruhnya untuk membunuh cecak. Dan dalam hadits Ibnu Abi Syaibah Dia menyuruh

1290 - Hadits riwayat Aisyah ra. bahwa: Rasulullah saw. memberikan nama fuwaisik kepada binatang cecak

1291 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Sesungguhnya pernah seekor semut menggigit salah seorang nabi. Nabi tersebut lalu memerintahkan untuk mendatangi sarang semut dan dibakarnya. Tetapi kemudian Allah menurunkan wahyu kepadanya: Apakah hanya gara-gara seekor semut menggigitmu lantas kamu akan membinasakan suatu ummat yang selalu membaca tasbih

1292 - Hadits riwayat Abdullah bin Uamar ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Seorang wanita disiksa gara-gara seekor kucing. Ia mengurungnya sampai mati. Jadi karena kucing itulah ia masuk neraka. Ia sudah mengurungnyanya tetapi tidak mau memberi makan, memberi minum, bahkan tidak mau membiarkan binatang itu memakan serangga-serangga tanah

1293 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Seorang wanita disiksa gara-gara seekor kucing. Ia tidak mau memberinya makan dan tidak mau memberinya minum. Bahkan ia tidak mau membiarkannya memakan serangga-serangga tanah

1294 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tatkala seorang lelaki sedang berjalan di tengan jalan, dan dia sangat kehausan sekali, tiba-tiba saja dia mendapatkan sebuah sumur. Segera saja dia turun ke sumur itu untuk meminum airnya. Begitu keluar dari sumur, ternyata dia melihat seekor anjing terengah-engah menjilat-jilat debu karena sangat hausnya. Lelaki itu berkata sendiri dalam hatinya: Anjing ini pasti sama hausnya dengan aku. Dia lalu turun lagi ke dalam sumur untuk memenuhi sepatunya yang terbuat dari kulit dengan air. Untuk bisa naik kembali terpaksa lelaki itu menggunakan mulutnya supaya bisa membawa khuf yang berisi air tersebut. Air itu lalu dia minumkan kepada anjing tersebut. Melihat hal itu Allah merasa berterima kasih kepadanya, dan mengampuninya. Para shahabat sama bertanya: Wahai Rasulullah! Apakah karena binatang seperti anjing tersebut kita bisa mendapatkan pahala? Rasulullah saw. menjawab: Pada setiap yang punya hati basah (mahluk hidup) ada pahala

1295 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Sesungguhnya seorang perempuan pelacur pada suatu hari yang sangat panas melihat seekor anjing sedang berkeliling di sekitar sebuah sumur. Anjing itu berusaha menjulurkan lidahnya karena kehausan. Ia kemudian melepas sepatunya yang terbuat dari kulit untuk mengambil air sumur tersebut sehingga anjing tadi dapat minum. Karena perbuatan itu dosa perempuan tersebut diampuni

1296 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra. ia berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung telah berfirman: Anak Adam selalu mencaci-maki masa, padahal Akulah masa. Siang dan malam hari ada di tangan-Ku

1297 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw bahwa beliau bersabda: Jangan sekali-kali salah seorang di antara kalian berucap: Wahai budak laki-lakiku! Dan budak perempuanku! Kamu semua adalah hamba-hamba Allah. Seluruh perempuan adalah hamba-hamba Allah. Tetapi hendaknya dia katakan: Wahai Ghulam dan Jariahku, wahai anak muda dan anak mudiku

1298 - Hadits riwayat Aisyah ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian mengatakan: Sial sekali aku! Akan tetapi sebaiknya dia mengatakan: Susah sekali aku

1299 - Hadits riwayat Sahl bin Hunaif ra. ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Janganlah salah seorang di antara kalian mengatakan: Sial sekali aku! Akan tetapi sebaiknya dia mengatakan: Susah sekali aku

1300 - Hadits riwayat Abu Hurairah ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Penggalan sebuah sya`ir (puisi) paling bagus kalian yang biasa dibawakan oleh orang-orang Arab adalah sya`ir (puisi) Labid. Coba ingatlah, segala sesuatu selain Allah adalah batil.