Kamis, 22 Desember 2011

Tentang Seorang Wanita yang Mencinta Tanpa Syarat (For Uma ku)

Bagaimana harus Ananda mulai kisah ini, Bu? Kisah tentang seorang wanita yang mencinta tanpa syarat? Seorang wanita yang dengan sentuhan lembutnya membesarkan Ananda dengan penuh kasih sayang dan ketegaran untuk survive dalam menjalani kehidupan.
Bu, Ingin kucium kedua tanganmu yang selalu membelaiku dengan mesra. Karena kedua tangan itu, sedari dulu telah banyak Ananda minta perhatian untuk sekedar menyuapi Ananda makan, membelai Ananda, menghapus tangis Ananda, membersihkan Ananda saat dalam kedaan berhajat, memandikan Ananda, menggendong Ananda kala kecil saat hendak bermanja dan tertidur dalam gendonganmu. Atau entah apa lagi yang engkau buat dengan kedua tanganmu untuk Ananda.
Hingga dewasa Ananda kini, Ananda merasa belum banyak memberikan apapun untukmu. Walaupun setiap harinya Ananda selalu mencoba untuk meyenangkanmu dan tidak membuatmu terluka sebab ulah Ananda.
Bu, Ananda minta maaf, jika Ananda kurang memperhatikanmu. Ananda lebih banyak menghabiskan waktu di luar, di sisi-sisi orang lain, dibandingkan berada di sisimu. Alasan yang klise memang, demi masa depan dan memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain. Engkau memang tak pernah menyalahkan Ananda dengan keadaan ini, karena engkau percaya apa yang Ananda lakukan adalah baik. Bagimu, cukup Ananda belajar dengan baik, menjadi anak yang berprestasi, dan pandai memilah yang baik dan buruk, itu sudah cukup. Dan Ananda pun bahagia Bu, saat kau tersenyum bahagia atas Ananda.
Dari kesemua anakmu, mungkin Ananda yang memang sedikit berbeda. Fisik Ananda yang mungkin lebih rentan untuk sakit, selalu merepotkanmu. Bahkan, walaupun Ananda punya adik, tapi tetap saja, seperti Ananda yang anak bungsu. Walaupun kadang engkau ribut dengan kebandelan yang Ananda buat, tapi selalu ada tawa untuk akhir keributan itu. itulah cintamu dan cinta Ananda. ^.^
Masa sulit dan bahagia juga sudah kita alami bersama. Termasuk kesurvive-an kita semenjak Ayahanda kembali ke Sang Penggenggam Kehidupan. Sebagai single parent dengan tiga buah hati, engkau tetap menyapa kehidupan ini dengan senyummu. Engkau berubah menjadi sosok ganda sebagai Ayah dan Ibu. Berusaha mempertahankan hidup kita untuk tetap ‘layak’.
Dalam kecintaan Ananda padamu, Ananda ingin mengakui sebuah kejujuran di mana Ananda pernah merasa kecewa akan sikap dan keputusanmu. Keputusan untuk menghadirkan sosok baru dalam hidup Ananda. Ananda tidak bisa terima itu, Bu. Tak ada orang lain yang mampu menggantikan sosok yang telah pergi. Bahkan, engkau pun tak mempertanyakan pendapat kami dalam perkara ini, Bu. Berat sekali Ananda rasakan kenyataan itu. Enam tahun Ananda yakinkan diri bahwa itu adalah yang terbaik untukmu. Hingga sekarang Ananda mencoba mencintai apa yang engkau cintai.
Kita tampak berbeda dalam segala hal, Bu. Antara kita pun tak memunafikkan itu. termasuk dalam cinta. Bukankah pepatah mengatakan cinta ibu sepanjang jalan, sedangkan cinta anak hanya sepanjang galah? Namun, Ananda berharap, cinta yang Ananda punya lebih panjang dari pepatah itu.
Sebenarnya setiap hari itu adalah harimu, setiap saat Ananda tahu selalu bertabur rasa cinta di antara kita. Meski kadang hal itu tak terbilang sekalipun. Lewat kemampuan Ananda, Ananda ingin mempersembahkan sesuatu untuk mengabdikanmu dalam untaian kata bermakna cinta dalam bungkus sederhana pesan Ananda.
Ananda malu, Bu. Jadi Ananda letakkan saja ia di depan pintu kamarmu, lalu dengan sendirinya kan engkau temui kisah Ananda untukmu. Untukmu malaikat duniaku….
Cintamu padaku, seperti cinta embun pada dedaunan
Bahkan lebih dari itu,
Belaianmu selembut dan sehangat mentari kehidupan
Bahkan lebih dari itu,
Tak ada kata yang mampu menggambarkan maknamu untukku Bu
Tidak juga seluruh syair dan kata yang kupunya
Terimakasih Bu, atas cinta tak bersyaratmu… u are everything… ^.^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar