PERANGILAH mereka
(orang-orang kafir), niscaya Allah akan menyiksa mereka dengan (perantaraan)
tangan-tangan kalian, Allah akan menghinakan mereka dan menolong kalian
terhadap mereka serta melegakan hati orang-orang Mukmin (QS at-Taubah: 14).
Mari kita semua bertanya kepada diri kita sendiri; siapakah yang
mengambil alih tanah Palestina dan kemudian membaginya menjadi dua bagian dan
ikut melegitimasi kedatangan Israel ke bumi Palestina? Siapakah yang diam
ketika Amerika mendukung Ben Gurion untuk menjadikan Jerusalem sebagai ibukota
Palestina pada pidatonya tanggal 5 Desember 1949? Lalu sekarang kita
ramai-ramai meminta “patung mati” itu untuk menghentikan agresi Israel ke
Palestina? Dan menyudahi kezhaliman mereka selama satu pekan ini yang telah
menewaskan Syekh Ahmed Al-Jaabari dan para syuhada
lainnya? Berhentilah mengemis kepada PBB! Karena hanya ada satu kata untuk
membebaskan tanah Palestina: Lawan!
Apa yang Bisa
Diharapkan dari PBB?
Tentu bangsa Palestina tidak akan pernah lupa, bahwa pada 29
September 1947, PBB mengeluarkan resolusi nomor 181 yang kemudian menjadi titik
awal legitimasi bersih Israel atas hak tanah Palestina. PBB membagi Palestina menjadi
dua wilayah; antara Yahudi dan Arab. Resolusi yang sangat tidak adil karena
mempersilahkan maling mencaplok kue pemiliknya dengan membagi dataran suci itu
antara 43% bagi muslim Palestina dan 53% untuk bangsa bengis Yahudi.
Dan dari Resolusi PBB No. 181 itulah mereka mengantarkan David
Ben Gurion untuk memproklamirkan negara Yahudi dengan Ideologi zionisme sebagai
asasnya pada 14 Mei tahun 1948. Ideologi yang dapat didefinisikan sebagai
kepercayaan tentang kembalinya orang-orang dan bangsa Yahudi selama
berabad-abad, sehingga dapat menyelamatkan mereka dari kekuasaan orang-orang
non-Yahudi. Ideologi yang kelak menjadi cikal bakal akan sebuah fakta bahwa
gadis-gadis kecil Palestina sudah menjadi yatim-piatu di umur lima tahun, yang
menjadi fakta syahidnya Syekh Ahmad Yassin dan Abdul Aziz Rantisi, yang menjadi
fakta menghitamnya bangkai tubuh saudara-saudara kita akibat bom rezim Yahudi
dengan white phosphorus-nya. Padahal semua orang tahu bom keji itu dilarang
untuk diledakkan dalam sebuah perang oleh PBB. Lalu apakah lembaga tinggi dunia
itu bertindak? Tidak sama sekali.
Masih ingat dalam benak kita pada Sidang Khusus Darurat Majelis
Umum PBB untuk menindaklanjuti Gaza Berdarah pada peralihan tahun 2008-2009.
PBB hanya mengeluarkan resolusi yang dinilai terlalu lunak dan gagal
mengidentifikasi Israel sebagai keladi bagi krisis Gaza. Meski sebelumnya ada
dua resolusi yang ditawarkan PBB.
Pertama, rancangan resolusi yang menginginkan pasukan Israel
ditarik tanpa syarat dari Jalur Gaza. Sebuah resolusi yang disponsori beberapa
Negara seperti Venezuela, Malaysia, Suriah, Nikaragua dan Senegal, plus
Presiden Majelis Umum (MU) sendiri.
Kedua adalah rancangan yang lebih lunak dan kompromis terhadap
gencatan senjata di Jalur Gaza. Rancangan ini disponsori Mesir, atas
persetujuan Uni Eropa dan Palestina. Dan sapa nyana, kebrutalan Israel yang
membunuh 1300 muslim Palestina tidak berdosa itu, hanya diganjar resolusi
rancangan Mesir yang akhirnya didukung 112 negara dan ditentang 10 negara, dan
20 negara sisanya memilih abstain.
Ingatlah, zionisme tidak akan pernah mengenal bahasa
“keanggotaan”, apalagi keanggotaan PBB. Rapat Dewan Umum PBB sendiri yang
pernah mengeluarkan Resolusi 3379 tanggal 10 Desember 1975 dengan menyamakan
Zionisme dengan diskriminasi rasial. Akan tetapi, pada 16 Desember 1991, apa
daya atas tekanan Israel dan sekutunya AS pasca mengalahkan Irak, resolusi
tersebut dicabut kembali. Lalu pernahkah PBB mencabut resolusi 181 yang menekan
Palestina dan mentitahkan agar Israel angkat kaki dari Al Quds? Tidak pernah.
Dan sekarang kita semua berharap PBB menjadi “pengadil” yang sungguh adil atas
nasib bangsa Palestina? Lupakanlah.
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata
bagi Allah (untuk menyiksamu)?” (QS An Nisaa’:144)
Yang terjadi PBB adalah satu-satunya lembaga
yang gemar mengoleksi resolusi. Ya sekali lagi, resolusi! Resolusi yang hanya
bisa mengecam, mengkritik, mengutimatum Zionis Laknatullah tanpa ada realisasi
berarti. Seperti Resolusi 106: The Palestine Question (29 Maret 1955) yang ‘mengutuk’ serangan israel untuk
Gaza. Resolusi 111 yang
‘mengutuk’ Israel karena serangan di Suriah yang menewaskan lima puluh enam
orang”. Resolusi 162yang
‘mendesak’ Israel untuk mematuhi keputusan PBB”. Atau Resolusi 237yang lagi-lagi hanya meminta Israel untuk
mengizinkan kembalinya pengungsi Palestina tahun 1967 dan masih banyak lagi.
Maka melihat resolusi-resolusi itu Israel tetap bergeming.
Karena bayangkan, hukum Allah saja yang jelas-jelas hukum
tertinggi di muka bumi mereka langgar, apalagi hukum buatan manusia. Allah
berfirman,
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi tanpa
alasan yang benar, dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil,
maka gembirakanlah mereka dengan siksa yang pedih”. (QS. Ali Imran: 21)
Hanya Satu Kata:
Lawan!
Maka itu solusi untuk membebaskan Palestina tidak akan bisa
ditembus melalui jalur dialog. PBB pun tidak akan pernah bisa berbuat banyak
sekalipun Palestina sudah diakuinya. Lihat saja Irak dan Afghanistan. Sekalipun
kedua Negara adalah negara merdeka, tetap menjadi basis kekuatan Amerika yang
juga dibiarkan PBB.
Umat muslim Irak hidup dalam nestapa. Hak hidup nyaman mereka
direnggut oleh Amerika dan Israel. Dimana AS dan Israel melakukan pembagian
wilayah: daerah kaya minyak menjadi basis teritori Amerika, sedangkan situs
Nebukadnezar menjadi milik Yahudi. Disanalah mereka melakukan nostalgia atas kejayaan
Mesopotamia (baca: Kabbalah) yang pernah mereka toreh sekaligus menancapkan
batu untuk mendirikan Negara Israel Raya.
“Tanah yang Dijanjikan
memanjang dari Sungai Nil ke Eufrat. Itu termasuk bagian Suriah dan Lebanon”(Testimoni Rabi Fischmann, anggota Jewish
Agency for Palestine, di depan UN Special Committee of Enquirypada 9 Juli 1947).
Maka itu, sekali lagi, jalan yang bisa ditempuh hanyalah jalan
jihad. Terlebih Israel sedang memasuki masa krisis menyusul aksi terbesar dalam
sejarah negaranya dimana mereka didemo warganya sendiri. Inilah yang harus
menjadi momentum bagi umat muslim berintropeksi bahwa jalan ‘lisan’, tidak akan
pernah menggetarkan Israel untuk menghancurkan Palestina. Dan Allah sudah
memberi tahu kita bagaimana cara melumpuhkan mereka,
“Dan apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan Israel) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang
Islam di bawah pimpinan Imam Mahdi) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka
masuk ke dalam Masjid (Al-Aqsha), sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada
kali pertama, dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa yang mereka kuasai”. (QS. Al-Isra’: 7)
”Sesungguhnya kamu
dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang
beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS Al-Maidah ayat 82)
Bayangkan betapa takutnya Israel jika satu
saja muslim di dunia mengobarkan jihad dan itu serempak dilakukan di seluruh
dunia, mulai dari Sudan, Mesir, Somalia, Afghanistan, Irak, Bosnia, Albania,
Indonesia, Pakistan, Malaysia, Kuwait, Jordania. Dan faksi jihad Islami di
Palestina sudah mengobarkannya. Apakah kita akan menyambutnya? Inilah yang
pernah dikatakan Asy Syahid Abdul Aziz Rantisi pasca gugurnya Syekh Ahmad
Yasin, “Kami tak takut mati, namun yang takut akan kematian adalah mereka
kaum Zionis Yahudi. Kami tentu saja akan membalas kepada Sharon dengan bahasa
yang dia pahami, yaitu bahasa darah”.
Syekh Usamah Bin Laden sebelum wafat juga sudah mewanti-wanti
perkara ini.“Di antara kekurangan kita di zaman sekarang, kita dihadapkan
kepada banyak jalan yang mengusung slogan-slogan pembebasan Palestina, padahal
sebagian besar jalan ini justeru menelantarkannya. Jalan yang paling besar
adalah tindakan penguasa-penguasa hari ini yang mengadakan pertemuan-pertemuan
para menteri dan melimpahkan masalah kepada Dewan Keamanan PBB. Ini adalah
sebuah cara untuk lari dari tanggung jawab dan mentelantarkan masalah
Palestina.”
Maka itu bola ada di tangan umat muslim, bukan
PBB. Di tangan para generasi muslim yang akan turun bahu membahu membebaskan
Palestina dengan “bahasa darah” bukan linguistik diplomasi. Inilah sebuah
perkara yang pernah dilontarkan Abdul Aziz Rantisi, “Kami siap melakukan
perang terbuka dengan Israel.”
Oleh karena itu, di penghujung zaman seperti
ini, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam telah mempersiapkan umat Islam untuk bersiap-siaga
memerangi bangsa Yahudi. Dengan tanpa keraguan sedikitpun, Rasulullah SAW telah
memprediksi bahwa umat Islam dan orang-orang beriman semuanya bakal terlibat
dalam perang semesta menghadapi kaum Yahudi di akhir zaman.
Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya:
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Kamu semua akan
membunuh orang-orang Yahudi. Maka kamu semua akan membunuh mereka sehingga batu
akan berkata: Wahai para muslimin! Di sini ada orang Yahudi, datanglah kemari
dan bunuhlah dia.” (HR Muslim)
Dan apakah kita ingin
menundanya? “Salah satu alasan mengapa musuh-musuh Allah
sukses mengalahkan umat Islam dan mengambil alih tanah mereka, karena umat
Islam kehilangan cintanya untuk menjadi seorang syuhada,” tandas Anwar Al Awlaki. Allahua’lam..#(Muhammad Pizaro Novelan Tauhidi/Islampos)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar