Allah
memang penggerak hati setiap manusia,,
maka
kini aku mulai mengalami kegalauan yang membuatku resah..
ya,
aku Galau menyadari kebodohanku yang selama ini bergerak statis...
malu
rasanya mempertanyakan, "Apakah aku sudah melakukan yang terbaik dalam
hidupku? apakah aku sudah menjadi sebaik-baik manusia yang bermanfaat untuk
orang lain?"
aku
begitu mendamba kelahiranku pada saat zaman kenabian Muhammad SAW...
Mendambakan
sebuah momen kebersamaan dalam menegakkan panji Islam.
duduk
bersama memikirkan sebuah kebaikan untuk umat yang besar...
Menjadi
salah satu orang pertama yang berserah diri (ISLAM)
Menjadi
perisai Muhammad saat kafir Quraisy melemparkan berbagi kotoran kepadanya.
Menjadi
seperti As-Siddiq yang membenarkan ke isra’ mi’raj-annya.
Menjadi
sepemberani Al-Faruq dalam pembelaannya terhadap Nabi dan Islam.
Menjadi
seperti Ali yang tinggi keilmuannya, zuhud budinya dan fasih berbicara karena
mendapat contoh figure yang sempurna semenjak belia hingga dewasa dari
Rasulullah.
Atau sekedar menjadi budak untuk Khadijah, Aisyah, atau Fatimah pun aku rela.
karena budak bagi mereka bukanlah seorang pembantu. Tapi seorang anak yang dilimpahkan seluruh kasih sayang. TAK ADA PERBUDAKAN.
Atau sekedar menjadi budak untuk Khadijah, Aisyah, atau Fatimah pun aku rela.
karena budak bagi mereka bukanlah seorang pembantu. Tapi seorang anak yang dilimpahkan seluruh kasih sayang. TAK ADA PERBUDAKAN.
Namun
kaca yang kupunya memang telah menyadarkanku, betapa tak pantasnya aku
memimpikan hal mulia itu...
Memang
sudah sewajarnya aku dilahirkan pada zaman millennia ini…
Awalnya
aku pikir, aku sudah hidup di masa yang ‘enak’. Aku tak perlu bersusah-susah
berjihad, mengalami pergolakan yang luar biasa seperti zaman nabi. Aku hanya
tinggal belajar dari sejarah yang telah tertoreh. Namun dari banyaknya
mengkaji, aku jadi memahami bahwa saat ini aku hanya kumpulan senyawa-senyawa
yang tak berarti. Aku salah memahami eksistensi diri.
Zaman
millennia ini juga tak kalah dengan zaman jahiliyah. Segalanya juga butuh
perbaikan. Moral juga masih bobrok. Kemiskinan masih melilit kerongkongan. Setan,
tak berhenti menggoda.
Sebagai
pemudi Islami, aku terhenyak sangat kuat. Membandingkan perjuangan orang-orang
beriman terdahulu dengan sekarang, sangat tidak kudapati. Pemuda-pemudi saat
ini juga terhanyut dalam buai duniawi. Terninabobokan kehedonisan syeitoni..
Aku
tanamkan didiri bahwa aku bisa mengukir sejarah di zamanku. Walaupun aku tahu
perjuangannya berbeda dengan para pendahulu yang mukmin. Aku benar-benar gerah karena
belum mampu melakukan apapun. Aku tak ingin jika bertemu Allah dan Rasul nanti,
aku tak dapat membawa apapun yang membanggakan untukNya, utusanNya dan Islam.
Ya
Ghafar, hatiku menangis…
Sebelum
semuanya terlambat kusadari, berkahilah aku dan sahabat-sahabatku untuk memulai
titah yang bisa membuatMu, utusanMu dan Islam tersenyum…
Dengan
ini, aku bisa mewujudkan mimpi berada pada satu lingkaran di surga denganMu,
utusanMu, dan orang-orang mulia lainnya…
*Pengharapan
dari kedalaman hati seorang yang dhaif. Namun kuyakini akan keridhoanMu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar